-
Bara dalam Bait
Dalam buku ini juga kita dapat persektif lain dari seorang Jikun yang ternyata lihai dalam menggambar dan membuat komik. Penentuan judul “Bara dalam Bait” pun berasal dari pengalaman hidup Jikun.
Rp65,000 -
Hardcore Years
Sebagai seorang musisi, kemampuan Pushead terbilang langka saat itu—ketika musisi lainnya memilih fokus untuk bermusik saja. Kisah-kisah inilah yang dapat ditemui di buku berjudul “Harcore Years” ini.
Rp120,000 -
Kejahatan Tanpa Hukuman: IPT 1965 dan Genosida Indonesia
Publikasi ini adalah langkah penting dalam perjuangan kita menuju tatanan dunia yang lebih baik dan lebih manusiawi.
Rp160,000 -
Kuasa Rahim: Reposisi Perempuan Asia Tenggara Periode Modern Awal 1400–1800
Cerdas, bernuansa, dan mudah dipahami, buku ini memberikan kontribusi besar bagi sejarah Asia Tenggara yang bersifat regional dan global, baik dari sisi kandungan maupun perspektif.
Rp220,000 -
Manusia Adalah Hewan yang Lain
Mereka khawatir bila indentitas mereka terungkap maka mereka akan terancam hukuman penjara.
Rp75,000 -
Politik Dinasti Keluarga Elite Jawa: Abad XV–XX
Buku sejarah yang menarik untuk memahami kesinambungan antarrezim kekuasaan. Perubahan rezim kekuasaan tidak berarti orang-orang yang bekerja di sistem lama lenyap.
Rp110,000 -
Sea People, Sea Raiders, Sea Lords: A History of the Sulawesi Seas in the 19th Century
No Indonesian scholar has demonstrated his skill as a historian better than Adrian B. Lapian.
-
-
Suara Tan Malaka: Dari Penjara ke Penjara
Buku ini adalah hasil renungan panjang sejarawan Helen Jarvis untuk memahami siapa itu Tan Malaka melalui pengkajian mendalam atas otobiografi Dari Penjara ke Penjara.
Rp85,000 -
Subversi Simbolis: Heteronormativitas dan Estetika Gairah (Studi Komparatif India dan Indonesia)
Buku ini membahas lintasan kehidupan di antara tiga kategori perempuan yang hidup di luar batas heteronormativitas di Jakarta dan Delhi, dua kota besar dengan nilai-nilai agama dan sosial yang sangat berbeda
Rp190,000 -
The Revolt of Prince Nuku: Cross Cultural Alliance Making in Maluku c. 1780-1810
Scholars such as Widjojo and others participating in this TANAP project should be congratulated for bringing to light obscure and difficult historical materials that will form the building blocks for a re-examination of South East Asian history.