Apa yang terjadi dengan suara “lokal” ketika globalisasi menyingkap para musisi dan penikmat musik pada pengaruh budaya dari seluruh dunia? Jeremy Wallach menyelidikinya sebagaimana pertanyaan ini “dipermainkan” pada perkembangan eklektik dunia musik Indonesia pasca runtuhnya rezim Soeharto yang represif. Dilatarbelakangi transisi kaotis negara-bangsa Indonesia menuju demokrasi, Wallach membawa kita menjelajahi studio rekaman, toko musik, konser musik, kampus, perekaman video musik, dan lingkungan urban.
Memadukan berbagai detail, buku ini merupakan riset etnografi yang “membumi” dengan ketajaman analisis yang berasal dari teori budaya kontemporer. Ia menunjukkan bahwa akses yang dimiliki negara-bangsa Indonesia atas musik dan teknologi yang bersirkulasi secara global tidak menyurutkan dan menyeragamkan pembuatan musik lokal di Indonesia. Nyatanya malah sebaliknya. Hal ini telah menyediakan kesempatan kreatif kaum muda Indonesia untuk mengeksplorasi identitas mereka di dalam sebuah bangsa ragam budaya yang mengalami perubahan dramatis dalam dunia yang makin saling berkaitan.
Testimoni
“Akhirnya kita mulai mendapatkan kajian globalisasi dan musik populer yang bernas secara etnografis dan mutakhir secara teoretis. Buku ini adalah satu dari yang terbaik.” – Timothy D. Taylor, Universitas California, Los Angeles, Penulis Global Pop: World Music, World Markets dan Beyond Exotica: Western Music and the World.
“Buku yang penting ini memaparkan bagaimana musik (populer atau lainnya) membumi di dalam berbagai kemungkinan yang tersedia sekarang ini melalui orang-orang yang mendapat kenikmatan di dalamnya. Sudah sepatutnya jika buku ini dibaca oleh siapa pun yang tertarik pada media populer, Indonesia, antropologi, etnomusikologi, dan gagasan-gagasan globalisasi/lokalisasi.” – René T. A. Lysloff, Universitas California, Riverside, asisten editor Music and Technoculture.
“Salahsatu buku paling menarik dari cendekiawan generasi baru, membahas berbagai isu yang sangat penting bagi jutaan rakyat Indonesia. Bernas dengan berbagai detail penting, penelitian etnografis ini menyoroti kaum muda Indonesia, musik populer, dan kelas pada sebuah momen transisi dan dinamis.” – Ariel Heryanto, Universitas Nasional Australia, Penulis State Terrorism and Political Identity in Indonesia dan editor Popular Culture in Indonesia: Fluid Identities in Post-Authoritarian Politics.
Be the first to review “MUSIK INDONESIA 1997-2001: Kebisingan dan Keberagaman Aliran Lagu (Cet-1)”