Persoalan yang sepertinya sepele ini ternyata menyita perhatian khusus penguasa. Petinggi militer mengeluarkan radiogram pelarangan rambut gondrong, bahkan Pangkopkamtib bicara mengenainya di TVRI. Instansi publik menolak melayani orang-orang berambut gondrong. Pelajar, mahasiswa, artis, dan pesepak bola dilarang gondrong. Razia dan denda digelar di jalan-jalan, melibatkan anggota pasukan teritorial bersenjatakan gunting, bahkan pernah dibentuk Bakorperagon (Badan Koordinasi Pemberantasan Rambut Gondrong).
Pertanyaannya adalah: mengapa? Mengapa Orde Baru begitu cemas terhadap rambut gondrong?
Dengan apik buku ini menelusuri kembali episode menggelikan sekaligus mengenaskan dalam sejarah Indonesia, awal dari sikap paranoid rezim yang selalu melihat rakyatnya sendiri sebagai ancaman.
“Buku ini mencatat periode diterapkannya program depolitisasi masyarakat Indonesia yang dilakukan Orde Baru secara serius tetapi konyol.” Bisnis Indonesia
“Buku ini menjelaskan bagaimana kekuasaan Orde Baru menghegemoni pemaknaan dan pemahaman terhadap apa pun. Bahkan untuk urusan yang, mestinya, tidak dihubungkan dengan masalah kenegaraan dan adat kesopanan.” Radar Surabaya
Be the first to review “Dilarang Gondrong! Praktik Kekuasaan Orde Baru Terhadap Anak Muda Awal 1970an – Edisi 2”