Rekomendasi Buku
-
AKSIOLOGI SERAT SASTRA JENDRA: Falsafah Wayang Sebagai Pandangan Dunia Manusia Jawa (Cet-1)
Sastra Jendra adalah ilmu luhur yang diturunkan dari waktu ke waktu dalam kebudayaan jawa. Istilahnya sendiri memiliki makna yang sangat luas, berisi ilmu ketuhanan yang membahas tentang cara mengolah hidup mulai dari lahir hingga tiba waktunya dipanggil Tuhan. Barangkali karena itu tidak sembarang orang dapat memahami Sastra Jendra. Buku ini menyajikan penelitian tentang aksiologi wayang dengan menyentuh hal-hal praksis terkait lakon, suatu hal yang belum banyak dilakukan sebelumnya.
Rp100,000 -
Di Balik Marx: Sosok dan Pemikiran Friedrich Engels
Peran Engels kerap dikerdilkan hanya sebagai juru tulis Marx, atau sahabat yang bertugas membantu kondisi keuangan Marx. Beberapa pengamat bahkan menggambarkannya sebagai penulis amatiran yang telah mengotak-atik pemikiran Marx dan bertanggungjawab atas distorsi pemahaman pemikiran Marx di kemudian hari.
-
EPISTEMOLOGI KI AGENG SURYOMENTARAM: Tandhesan Kawruh Bab Kawruh (Cet-1)
Ki Ageng Suryomentaram mengalami kegelisahan batin dalam kehidupannya di keraton. Meski sudah ditulis bertahun lampau, kiranya buku ini dapat memberi sumbangsih pemikiran filsafat khas Indonesia.
-
KAHLIL GIBRAN DI INDONESIA (Cet-1)
Ini adalah buku yang berisikan beragam tulisan mengenai penyair besar, Kahlil Gibran. Ditulis oleh para penulis Indonesia, pengaruh Gibran akan terbaca di dalam buku ini.
-
KAMUS FILSAFAT NILAI (Cet-1)
Kamus Filsafat Nilai ini merupakan kamus pertama di Indonesia—bahkan bisa jadi di dunia—yang menjelaskan tentang konsep-konsep etika dan estetika secara sistematis dan rinci dalam pengetahuan filosofis. Penyusunan setiap entri berlangsung tidak kurang dari sepuluh tahun lamanya.
-
KANG MBOK: Sketsa Kehidupan Sri Teddy Rusdy (Cet-1)
Siapa itu Kang Mbok? Kenapa juga dalang edan Sujiwo Tejo menulis tentangnya? Inilah buku biografi dari salah seorang tokoh filsafat Nusantara, Sri Teddy Rusdy.
-
OBAT DUNGU RESEP AKAL SEHAT: Filsafat untuk Republik Kuat (Cet-1)
Ada 85 tulisan Rocky Gerung di dalam buku ini. Disusun secara kronologis dari masa Rocky masih mahasiswa di Fakultas Sastra UI pada 1985 sampai 2018, saat ia menjadi intelektual yang paling banyak dicari dan diperhitungkan pandangannya di Indonesia. Melalui Kumpulan tulisan ini maka pembaca dapat mengetahui dengan penuh dan benar pemikiran Rocky melalui pembacaan langsung artikel, kolom yang singkat atau esei-eseinya yang panjang bercatatan kaki.
-
PERANG SUARA: Bahasa dan Politik Pergerakan (Cet-1)
Bagaimana cara gagasan modern menggerakan rakyat? Persoalan bahasa menjadi sangat penting untuk menjawab pertanyaan tersebut. Pertentangan antara kekuatan-kekuatan sosial dalam masyarakat dapat dilihat pada kemunculan, perkembangan hingga hilangnya kosakata tertentu. Di Hindia Belanda abad XX, pertentangan ini mendapat panggung pada surat kabar. Pergolakan sosial dan perkembangan dunia cetak-mencetak akibat kapitalisme menjadi landasan rakyat bumiputra untuk bersuara lewat tulisan. Kekuasaan kolonial pun bereaksi dengan bersenjatakan bahasa. Buku ini menguraikan hubungan antara bahasa, ideologi dan hegemoni politik pada masa pergerakan.
-
PSIKOLOGI KITA & EKSISTENSIALISME: Pengantar Filsafat Barat, Berkenalan dengan Eksistensialisme, Kita dan Kami (Cet-1)
Buku ini merupakan rangkaian dari tiga karya yang membahas mengenai pemikiran psikologi.
-
SEMIOTIKA DAN FILSAFAT WAYANG: Analisis Kritis Pergelaran Wayang (Cet-1)
Buku ini mengkaji pagelaran wayang. Bahasannya tidak hanya mengenai aspek hiburan, tetapi juga nilai-nilainya yang berguna dalam kehidupan manusia.
-
SUMBANGAN ISLAM KEPADA ILMU DAN PERADABAN MODERN (Cet-1)
Buku ini mengulas ilmuwan-ilmuwan Islam, pencapaian mereka, dan pengaruhnya terhadap perkembangan ilmu dan peradaban modern.
-
Tan Malaka: Kehidupan, Pemikiran & Petualangan (Cet-1)
Dalam buku ini enam orang sejarawan terkemuka ahli
Indonesia mencoba menganalisis kisah hidup Tan Malaka
dari berbagai aspek. Mereka menjawab semua pertanyaan
tersebut. Karena itu, buku ini bukan hanya berisi kisah
hidup Tan Malaka, tetapi juga menguak aneka pemikiran
dan tindakan serta warisannya. Lebih jauh lagi, bagaimana
setelah Tan Malaka meninggal, masyarakat dan elite nasional
merayakan atau membunuhnya untuk kedua kali