Georgius Everhardus Rumphius menghabiskan lebih dari setengah abad mencintai alam Nusantara. Ia meninggalkan keluarga, kampunghalamannya Jerman, dan Benua Eropa sehari setelah Natal pada1652. Ia tak pernah melihat lagi benua tersebut, negeri asalnya,ataupun kerabatnya. Tak disangka, hijrahnya ke benua maritim ini justru terasa bagai pulang ke rumah. Dijumpainya kemegahan dankeajaiban alam, mulai dari makhluk yang paling kecil hingga beragam jenis konkresi yang menarik untuk diteliti asal-usulnya. Alih-alihmenempatkan dirinya sebagai ilmuwan yang senang menaklukkanobjek studinya, Rumphius bersikap rendah hati terhadap alam yangsetiap hari terus menampakkan kebesarannya. Sikap seperti ini layak keluar dari seorang penyair, tapi tidak akan disambut baik di dunia ilmiah modern pasca-Darwin, yang lebih menyukai informasi ketimbang pemahaman.
Sampai terbitnya buku ini di Amsterdam pada 1705, Rumphius tidak pernah melihat satu pun karyanya diterbitkan. Ia meninggal pada 1702. Dalam buku ini ia memajangkan koleksi benda-benda langka–suatu hobi yang digandrungi kalangan aristokrat Eropa abad ke-17–yang tidak hanya akan ditemui di Pulau Ambon, tetapi juga di pulau-pulau sekitarnya, yaitu Molukkas, Banda, dan lain-lain. Namun, jelas bahwa buku ini bukan hanya dapat berguna untuk mencari informasi tentang kerang-kerangan dan batu-batuan
Nusantara, namun juga menyelami alam intelektual dari seorang naturalis awal Nusantara abad ke-17.
save
Rp78,150KOTAK KEAJAIBAN BENUA MARITIM: Ambon Abad XVII (Cet-1)
Rp703,350Rp781,500
Stok 50
Berat | 2 kg |
---|---|
Dimensi | 21 × 27 cm |
Cetakan | |
Penulis Buku | |
color | hitam putih |
Edisi | |
Jenis Kertas | |
Jilid Buku | |
Penerbit | |
Tahun Terbit |
Customer Reviews
There are no reviews yet.
Be the first to review “KOTAK KEAJAIBAN BENUA MARITIM: Ambon Abad XVII (Cet-1)”