Tradisional Masyarakat Jawa
Buku The Religion of Java ditulis of seorang ilmuawan anthropologi budaya Professor Dr. Clifford Geertz PhD, dan juga merupakan hasil tim riset kolektif dari penelitian para ilmuawan di bidang keahlian mereka masing-masing. Setidaknya ada 6 orang peneliti, yakni Robert Jay (Kehidupan dan Perekonomian Desa), Alice Dewy (Pasar), Donald Fagg (Administratif Pemberdayaan Masyarakat), Hilderb Geertz (Kekeluargaan dan Adat Kemasyarakatan), Edward Ryan (Kemasyarakat Etnis Tionghwa).
Hasil riset kemudian dibukukan dan memerlukan waktu lebih dari enam tahun lamanya. Pihak Pemerintah Indonesia di dalamnya termasuk Universitas Negeri Gajahmada, Yogyakarta (Mr. Suwanto, Professor. Dr. Sardjito, Mr. Abdul Rachman, RM. Soemodihardjo) bekerja sama dengan Yayasan Pendidikan Ford Foundation dan the Center For International Studies Massachusetts Institute of Technology (Dr. Douglas L. Oliver, Dr. Max Millikan, Mr. Richard Hatch).
Tak mengherankan buku tersebut sangat penting dan terkenal sebagai salah satu buku pedoman dan referensi dikalangan masyarakat akademis, mahasiswa, dan pengajar dalam serta luar negeri.
The Religion of Java menyajikan multi informasi, dimensi, dan data akurat mengenai keadaan tradisional masyarakat Jawa secara lokal serta Indonesia umumnya secara global. Cerita-cerita rakyat tradisi, kebiasaan ritual (slametan), kebersamaan, gotong-royong kehidupan sehar-hari di desa, dan kota-kota kecil, adat-istiadat jawa-kejawen dari sejak orang perempuan mengandung (tingkeban), melahirkan anak sampai dewasa berkeluarga (manten), sampai dengan kematian (layatan).
Moral nilai-nilai budaya, budi kemanusiaan luhur diajarkan dan diturunkan melalui petuah nasihat orang tua, lewat pertunjukan wayang, kebiasaan Dukun, Santri, serta Kyai.
Judul buku walaupun bernuansa keagamaan, tapi isinya bukan sebuah buku dogmatik agama, melainkan bersifat humanistik serta realistik mengenai kejadian dan peristiwa yang terjadi didalam masyarakat setempat. Banyak cerita tentang berbagai ritual-upacara Slametan dari tingkeban sampai dengan kematian-layatan. Peranan Wedono, Modin, Dukun, Kyai, Santri, dan Abangan.
Masing-masing jelas disajikan dengan gamblang, membuat para Pembaca terharu dan hanyut berada di dalamnya. Seperti halnya membaca cerita-cerita pengalaman novel Pramoedya Ananta Toer yang telah berhasil menumbuhkan rasa haru dan simpatis di kalangan pembacanya.
Bobot, bibit, mutu, dan otentisitas isi buku tersebut sangat relevan, transparan, kaya akan informasi dan data aktual karena merupakan hasil bersama kolektif dari berbagai ahli riset dan penelitian.
Tebal buku 392 halaman ditambah beberapa halaman mengenai lokasi map Kota Modjokuto sebagai tempat orientasi riset dan penelitian. Daerah Modjokuto (halaman 131-147), bab 11 tentang perkembangan Islam di Modjokuto, sebuah daerah terbuka dalam pertengahan abad ke 19. Sebuah daerah dari empat daerah utama di Nusantara, yakni Mataram (Jawa Tengah); Modjokuto-Surabaya (Kertosono, Modjoagung, Modjokerto, dan Krian); Kediri (Blitar, Tulungagung, Trenggalek, Pantai Utara-Gresik, Rembang, Kudus, Demak, dan Pulau-pulau di Laut Jawa Bawean serta Madura.
Modjokuto pada waktu zaman Perang Jawa 1825-1830, sebagai tempat pemgungsian dan perlindungan orang-orang dari Kudus serta Demak sampai 1860. Di Modjokuto inilah awal-mulanya interaksi, kerjasama, dan juga konflik antara Santri dan Abangan nampak di dalam permukaan hidup sehari-hari.
Nama Kota ‘Modjokuto’ bukan nama kota asli sesungguhnya, melainkan fiktif (fictitious) karena alasan tertentu. Namun, keterangan dan diskripsi berdasarkan observasi langsung. “For obvious reasons, the names given to locations and persons are fictitious, but the descriptions are based on direct observations”, kata pengantar Dr. Douglas Oliver.
Pada halaman terakhir bagian peta, daerah Modjokuto nampak terletak di Jawa Tengah bagian timur, di sebelah barat daerah Wonogiri. Suatu daerah maju dengan berbagai fasilitas perangkat kepemerintahan distrik/kabupaten, kantor kepolosian, pusat pendidikan tentara, sekolah dasar sampai sekolah pendidikan guru, sekolah menengah atas, masjid, gereja, kelenteng, kuburan Tionghwa; merupakan daerah dimana penduduknya pluralistik multi cultural.
Ada empat bagian utama di dalam isi buku tersebut, yaitu “Abangan, Santri, Priyayi, Kesimpulan – Konflik, dan Integrasi.”
Membaca buku tersebut secara rinci dan teliti seperti halnya berkaca pada sebuah cermin. Akan terlihat gambar wajah-wajah orang, garis-garis muka, keriput, jerawat; asam-asin, getar-tawar, pahit-manis di layar kaca apa adanya.
Judul buku bernuansakan keagamaan, tetapi oleh Kepustakaan Kesusasteraan Internasional diklasifikasikan ke dalam kelompok buku literatur, kesusastraan budaya bangsa, antropologi, yang berisikan tentang sejarah bangsa, cara hidup dan sifat masyarakat, suku Jawa, etnis Tionghwa di Modjokuto.
Menurut Antropolog Amerika, buku “The Religion of Java makes new and important contributions to our understanding of Javanese life; it is well-documented; it is clearly written; it is perceptively and creatively conceived.”
Professor Dr. Geertz PhD, penulis buku tersebut lahir di San Francisco pada 23 Agustus 1926 dan meninggal dunia di Princeton, New Jersey, USA pada 30 Oktober 2006 dalam usia 80 tahun. Dia seorang antropolog humanis, ilmuwan, budayawan multi dimensi, lintas etnis, agama, dan bangsa. Dia sangat memahami tradisi dan kebudayaan multicultural masyarakat Jawa. Halaman pertama prakatanya, “For the Wedono, the Modin, and my Abangan Landlord. Nuwun Pangestunipun sedaya kalepatan kula.”
Buku-buku lainnya mengenai Indonesia, Deep Play: Notes on the Balinese Cockfight, The Interpretation of Cultures, Local Knowledge: Further Essays in Interpretive Anthropology.
Selain seorang budayan dan penulis, Dr. Geertz juga seorang kritikus literatur internasional. Dia memenangkan dan mendapat award nasional pada 1988 atas empat tulisan ilmuwan-antropolog lainnya: Bronislaw Malinowski, Ruth Bernedict, E.E. Evans-Protchard, dan Claude Levi-Strauss.
Menurut Dr. Geertz, “suatu tatanan sosial masyarakat sangat erat kaitannya dengan ekonomi, politik, kehidupan sosial, dan bentuk institusional kemasyarakatan. Budaya adalah suatu sistim berpikir, bertindak, berinteraktif dengan symbol-simbol berarti untuk mengerti realita dinamika kehidupan.”
Kesimpulan, buku The Religion of Java sangat padat dengan fakta dan data akurat hasil observasi serta penelitian orang-orang yang ahli dalam bidangnya. Buku lahir setelah dikandung selama lebih dari enam tahun. Dibidani oleh Pemerintah RI termasuk di dalamnya para dosen dan ilmuwan Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Isinya sangat bermanfaat dan relevan sampai sekarang. Bagus untuk para Guru, Pendidik, Pengajar, Pemimpin Masyarakat, Mahasiswa, Wartawan, Reporter, Jurnalis, bahkan untuk siapa saja para otodidak yang ingin menambah ilmu pengetahuan dan wawasan berbangsa serta bernegara Indonesia. Semogalah!
Sumber: http://www.kabarindonesia.com/beritaprint.php?id=20080301165929
Comments (0)