terawang: meretas ikatan nilai-nilai tradisional
Julia Suryakusuma
Nama Julia Suryakusuma dikenal banyak istri pejabat pada masa Orde Baru sebagai sosok kontroversial. Sosiolog yang berani dengan terus terang menyebut diri feminis itu adalah satu dari sedikit intelektual yang berani bicara kritis tentang Dharma Wanita dan Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), sebelum aktivis dan feminis lain mengangkat isu tersebut sebagai penaklukan perempuan dalam politik Orde Baru yang otoriter dan milteristik.
Tidak banyak yang (mau) memahami Julia sebagai perempuan biasa, sebagai istri dan ibu yang menjalankan pekerjaan domestiknya sebaik kegiatan publiknya – karena pemikirannya dinilai berani dan melawan arus. Harus diakui banyak isu perempuan yang saat ini muncul ke permukaan dan menjadi isu besar sebenarnya sudah dilontarkan Julia 18 tahun lebih lalu.
Juga tidak banyak yang (mau) mengerti bagaimana perempuan ini berjuang menjadi dirinya sendiri. Sebaliknya, terlalu banyak gosip dan bisik-bisik seputar kehidupan pribadinya, terlepas dari pemikiran intelektualnya. “Itu adalah bagian dari kekuasaan patriarkhi, yang tidak bisa menerima perempuan mempunyai pemikiran dan kehidupannya sendiri”, katanya.
Perjalanan spiritualnya yang berhasil menahan perkembangan anak sebar kanker di payudaranya sekitar dua tahun lalu, juga membawa Julia pada pemahaman lain mengenai kehidupan dan hubungannya dengan Tuhan, dengan alam dan manusia lain.
Ia tidak menanyakan “Mengapa saya (yang harus mengalami ini)?” tetapi “Mengapa bukan saya?” karena kanker payudara ia yakini bagian kehidupan perempuan karena kondisi biologisnya. Sampai sekarang ia masih rajin mengkonsumsi buah dan sayuran, meditasi, dan makin memahami manusia lain. “Saya terima saja orang berbicara mengenai saya. Biar saja,” katanya.
Julia lahir di New Delhi, India, pada 19 Juli 1954 dari keluarga diplomat. Ia menikah dengan sutradara dan aktor Ami Priyono pada 26 Juli 1974. Pasangan ini mempunyai satu anak, Aditya Priyawardhana (24, lahir 15 Nov. 1975) lulusan Queensland University of Technology (QUT), Australia, di bidang desain industry, dua tahun lalu.
Julia menerima BSc. Honoursnya dalam bidang sosiologi dari City Unversity, London, Inggris, pada tahun 1979. Tahun 1986-88 ia belajar lagi dan meraih MSc-nya dalam bidang Politik dan Studi Pembangunan pada Institute of Social Studies (ISS), The Hague, Belanda. Bidang politik makin digelutinya setelah ia mendirikan Yayasan Almanak Partai Politik Indonesia (API), sekarang Yayasan Almanak Politik Indonesia.
Pemikiran Julia tersebar pada berbagai media di dalam dan luar negeri serta menjadi bagian dari beberapa buku, di antaranya “The State and Sexuality in New Order Indonesia” dalam buku Fantacising the Feminine in Indonesia (Duke University Press, 1996).
Tiga bukunya yang sedang digarap dan akan diterbitkan di tahun 2000 adalah “Ibuisme Negara: Konstruksi Keperempuanan Negara Orde Baru” yang merupakan terjemahan tesis MA-nya “State Ibuism: The Social Construction of Womanhood in New Order Indonesia; Seks, Gender dan Ideologi, koleksi tulisannya dari tahun 1981-1999, serta Perempuan dan Politik di Indonesia.
Wawancara lengkapnya bisa dilihat:
Sumber: Wawancara di Swara (Suplemen Kompas) 18 November 1999 (diedit dan sebagian ditulis ulang oleh Julia, Agustus 2020 agar lebih jelas, enak dibaca, juga dikoreksi dan diperbarui beberapa data)
Comments (0)