Pulau Tertua di Nusantara

Risa Herdahita Putri
Jurnalis historia.id


Berdasarkan persebaran fauna, pulau Sulawesi diduga terbentuk jauh sebelum pulau-pulau lain di Nusantara.

PULAU Sulawesi bisa jadi merupakan bagian tertua dari Kepulauan Nusantara. Alfred Russel Wallace menjelaskan, kekhasan fauna Sulawesi berhubungan dengan asal usul dari suatu periode waktu yang telah lama berlalu.

Persebaran makhluk hidup di permukaan bumi diakibatkan oleh perubahan yang dialami permukaan bumi. Di Nusantara, laut luas yang memisahkan Jawa, Sumatra, dan Borneo serta Semenanjung Malaka adalah lautan dangkal. Pulau-pulau ini, terpisah dari Asia daratan akibat penurunan daratan. Itu bisa dilihat dari bukti kemiripan fauna.

Dalam Kepulauan Nusantara, Wallace menjelaskan, fauna di daerah yang berdekatan biasanya memiliki banyak kemiripan. Begitu pula yang hidup pada kurun waktu berdekatan dalam wilayah yang sama. Sementara fauna di daerah yang berjauhan akan memiliki perbedaan signifikan. Begitu pula dengan fauna dalam wilayah yang sama, tapi di periode waktu yang berjauhan.

“Perubahan spesies terutama spesies yang umum dan berasal dari satu famili, hanyalah masalah waktu,” kata Wallace.

Namun, naturalis Inggris itu menambahkan, dalam suatu kurun waktu, mungkin telah terjadi perubahan bentuk hewan di satu daerah. Adapun di daerah lain bentuknya lebih permanen. Begitu atau bisa juga sama-sama terjadi perubahan dengan cara yang berbeda.

“Dalam setiap kasus, jumlah individu fauna suatu daerah sampai tahap tertentu dapat menjadi tolok ukur seberapa lama suatu daerah terisolasi dari daerah di sekitarnya,” lanjutnya.

Wallace mengatakan, gajah, tapir Sumatra dan Borneo, badak Sumatra dan Jawa diketahui menghuni beberapa bagian Asia Selatan. Hewan-hewan itu tak mungkin menyeberangi selat. Migrasi hewan tentu berbeda dengan manusia yang punya kemampuan membangun kapal. Artinya, dulunya pernah ada hubungan darat. Mamalia yang lebih kecil juga hidup di tiap-tiap pulau tersebut dan di Benua Asia.

Perubahan fisik besar-besaran terjadi sewaktu ada perpecahan dan penurunan daratan secara luas. Ini berakibat beberapa hewan punah di pulau-pulau tertentu. Dalam beberapa kasus, bahkan menyebabkan perubahan spesies.

Wallace menerangkan, Pulau Jawa punya banyak burung. Burung-burung ini tak pernah menyeberang ke Sumatra meski pemisahnya hanya selat selebar 15 mil. Pun dengan pulau-pulau kecil bertebaran di sepanjang pemisah itu. Akhirnya, Jawa punya lebih banyak burung khas dibanding Sumatra dan Kalimantan. Fakta ini menunjukkan Pulau Jawa lebih dulu terpisah dari Benua Asia.

Sementara, pulau di bagian timur Nusantara memperlihatkan kesamaan faunanya dengan Benua Australia. Sementara, perbedaan jenis fauna ditemukan lagi di bagian tengah Nusantara khususnya Sulawesi dan Maluku. Di Jawa dan Kalimantan selalu ditemukan monyet, kucing hutan, rusa, musang, berang-berang, dan berbagai jenis tupai. Hewan itu tak ada di Sulawesi dan Maluku. Di sana hanya ada kuskus, babi hutan, dan rusa.

“Kesimpulannya, semua pulau di sebelah timur Jawa dan Borneo (Kalimantan, red), kecuali Celebes (Sulawesi, red), merupakan bagian dari Benua Australia atau Pasifik, walaupun beberapa pulau tak pernah menyatu dengan benua itu,” kata Wallace.

Rangkaian pulau itu telah terpisah bukan saja sebelum pulau bagian barat Nusantara terpisah dari Asia. Namun juga sebelum daerah Asia paling tenggara muncul ke permukaan laut.

Sementara, sebagian Jawa dan Kalimantan merupakan formasi geologis yang masih muda. Perbedaan besar dalam spesies, antara flora dan fauna Kepulauan Nusantara bagian timur dan Australia, juga kedalaman laut yang memisahkan, menunjukkan proses pemisahan yang telah lama.

Untuk Sulawesi, Wallace menemukan keanehan. Beberapa kelompok fauna yang ditemukan di pulau-pulau sebelah kiri dan kanan Sulawesi, tidak ditemukan di pulau itu. Misalnya, genus Ceyxdari famili burung murai, genus Rhipidura dari famili burung pemangsa serangga, dan genus Erythrura dari famili burung kutilang. Burung-burung itu ditemukan di Maluku, Kalimantan, dan Jawa, tetapi tidak di Sulawesi.

Sementara dari kelompok serangga, genus kumbang mawar (Lomaptera) ditemukan di setiap daerah dan pulau antara India dan Papua. Namun, lagi-lagi tidak ada di Sulawesi.

“Hilangnya beberapa kelompok burung dan serangga di daerah yang terletak di tengah wilayah persebaran mereka mungkin bukanlah fenomena yang sangat unik, tapi saya yakin bahwa tak ada tempat lain dengan ciri semencolok itu dan tentu menambahkan satu hal lagi ke dalam karakteristik aneh dari pulau luar biasa ini,” tulisnya.

Menurutnya, umur Sulawesi yang sangat tua juga penting untuk dikaitkan dengan bentuk hewan di pulau itu yang tak menunjukkan persamaan dengan karakteristik India atau Australia, tetapi Afrika. Wallace pun menduga, kemungkinan besar Sulawesi terbentuk bukan hanya sebelum pemisahan Sumatra, Kalimantan, dan Jawa dari Benua Asia. Namun, dari periode yang lebih jauh lagi di masa lampau, saat daratan yang membentuk ketiga pulau itu belum naik ke atas permukaan laut.

Dalam penelitiannya, Wallace menarik kesimpulan, Sulawesi tak pernah menjadi bagian dari daratan di bagian barat Nusantara (Astro-Melayu). Indikasinya, Pulau Sulawesi adalah hasil perluasan Benua Asia di bagian timur pada masa lalu. “Sulawesi menjadi contoh paling mencolok dalam studi mengenai persebaran geografis fauna di dunia,” ujarnya.

Sumber: https://historia.id/kuno/articles/pulau-tertua-di-nusantara-P14QO

Komentar (0)


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Bidang yang harus diisi ditandai *