Mustika Rasa

Buat saya pribadi, Bung Karno adalah satu-satunya presiden yang benar-benar serius menggarap urusan Kedaulatan Pangan, bukan sekadar menggaungkan istilah Ketahanan Pangan ataupun Swasembada Pangan. Proses penyusunan buku ini adalah wujud keseriusan itu, bukan sekadar hasil akhirnya. Presiden pertama ini memahami betul bahwa makanan adalah produk kebudayaan dan turut menjadi alat politik. Buku ini adalah satu-satunya buku resep keluaran pemerintah, dan dibuat dengan melibatkan pemerintah daerah melalui memo resmi dari Menteri Pertanian. Proses pengumpulan datanya sendiri sepertinya turut menjadi bagian dari strategi untuk membuat pejabat-pejabat daerah memperhatikan urusan pangan dengan lebih serius.

Buku yang sangat tebal (lebih dari 1.200 halaman) ini tak hanya memuat lebih dari 1.600 resep-resep asli dari berbagai daerah di pelosok nusantara, tapi juga memuat satu bagian tersendiri tentang keilmuan yang berkaitan dengan masak-memasak. Ilmu yang idealnya diajarkan di sekolah-sekolah, baik untuk anak perempuan maupun anak laki-laki. Sayangnya buku ini lama tak terdengar. Maklum, buku ini disusun sejak 1960 dan baru selesai tahun 1965, di masa Bung Karno dikudeta dan perlahan-lahan nama besarnya dijatuhkan. Saya pribadi pun baru tahu tentang buku ini setelah dicetak ulang oleh penerbit Komunitas Bambu. Itupun saya tak kebagian cetakan pertama dan syukurlah bisa memesan cetakan berikut (dapat diskon pula, alhamdulillah).

Membaca bagian pertama buku ini sangat mengasyikkan buat mereka yang memang sedang tertarik pada isu #KedaulatanPangan. Terlebih bila diawali membaca beberapa tulisan pengantar, termasuk tulisan JJ Rizal sang sejarawan tentang politik pangan Bung Karno di bagian awal buku ini. Saya sangat merekomendasikan buku ini dibaca oleh generasi penerus kita, agar mereka belajar bahwa makanan bukan cuma tentang rasa di lidah, tapi juga tentang sejarah dan kebudayaan. Sayangnya buku ini tak dijual bebas di semua toko buku besar, silakan coba hubungi langsung penerbitnya untuk pemesanan. (Karina Adistiana, Facebook)

Komentar (0)


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Bidang yang harus diisi ditandai *