Menilik Sejarah Bangsa dari Perspektif Indonesia
Peluncuran dan bedah buku Pemberontakan Nuku, Persekutuan Lintas Budaya di Maluku-Papua Sekitar 1780-1810 pada 16 September 2013 di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia berlangsung hangat. Buku yang ditulis Muridan S Widjojo (peneliti spesialis Papua dan Maluku, lulusan Universitas Leiden Belanda) menawarkan pandangan sejarah berbeda, khususnya dari perspektif orang Indonesia.
Akses yang sulit
Buku yang semula sebagai disertasi di Universitas Leiden merupakan sejarah perlawanan Pangeran Nuku dari Tidore. Henk Niemeijer mengungkapkan penulisan buku pemberontakan Nuku memerlukan perjuangan berat. Masalahnya terutama dalam mengakses sumber informasi sejarah Maluku, terutama Ternate Tidore melalui dokumen VOC. “Begitu banyak dokumen (VOC) yang belum diakses untuk menguak sejarah Maluku, seperti Ternate Tidore. Masalahnya adalah bahasa. Tak sembarang orang mampu mengaksesnya,” ungkap Henk.
Muridan begitu tekun menulis buku ini menggunakan sumber-sumber asli sejarah VOC sehingga kita menemukan karakter asli Indonesia. Pengungkapan sejarah perlawanan Nuku sekitar abad ke-17 dan ke-18 memiliki keunggulan sendiri sebab belum banyak disentuh para ahli sejarah.
Proses penulisan buku ini tidak mudah, Henk tekun memberi arahan untuk membaca dokumen satu per satu kepada Muridan. Senada dengan Henk, Bondan juga mengutarakan ada banyak sekali sejarah Indonesia yang belum digali, terutama dari dokumen-dokumen, manuskrip VOC. Bahasa yang digunakan masih bahasa Belanda kuno.
Kajian tentang Nuku
Awal mulanya, Muridan bukan menceritakan sejarah Tidore. Ia sebenarnya ingin menggali sejarah tertua di Papua sekitar abad 17 dan abad 18. Namun, penulisan sejarah menjadi menarik, Papua dibicarakan dengan sejarah Maluku, di antara kerajaan-kerajaan Maluku, Tidore termasuk kesultanan yang daerah-daerahnya mempunyai hubungan dengan Papua.
Adanya koneksi Papua dengan Maluku membuktikan Papua termasuk bagian dari Indonesia. Kajian tentang Nuku begitu menarik, ia merupakan tokoh yang berbeda dibanding tokoh-tokoh perlawanan lain. Hal ini disebabkan Nuku bisa membaca dan memahami global, menyingkapi perubahan global, yakni memperjuangkan kemerdekaan Tidore secara politik dari Belanda dengan memanfaatkan Inggris.
Buku ini buah ketekunan dari penelitian Muridan, yang semakin memperkaya khazanah sejarah Indonesia, terutama sejarah Maluku dan Papua dari perspektif orang Indonesia. Data-data asing dikaji menurut pandangan Indonesia, suatu hasil penelitian yang perlu mendapat apresiasi hangat dan penting untuk dibaca publik.
Berkesan
Peluncuran dan bedah buku pemberontakan ini begitu berkesan sekaligus “berkelas“. Pasalnya, para undangan yang hadir bukan hanya dari kalangan akademisi FIB UI saja, melainkan turut dihadiri perwakilan dari DPRD Maluku Utara, DPRD Kota Tidore, Wakil Pemerintah Kota Tidore, Rektor Universitas Nuku, Wakil Sultan Tidore, Dekan FISIP UI, Dekan FIB UI, Koordinator Prodi Prancis, dan LIPI.
Nuansa eksklusif terasa tatkala memasuki ruangan auditorium, tempat berlangsungnya acara, di dinding terpampang besar spanduk acara peluncuran dan bedah buku pemberontakan Nuku. Sesi tanda tangan disambut hangat oleh Muridan.
Sumber: https://fitriharyantis1.wordpress.com/2013/10/27/menilik-sejarah-bangsa-dari-perspektif-indonesia/
Comments (0)