Saya Ingin Lihat Semua Ini Berakhir: Esei dan Wawancara dengan Pramoedya Ananta Toer
Esai dan Wawancara Bersama Pramoedya Anata Toer

Irwan Apriansyah Segara
Penggiat Sastra di Sindikat Rawarawa dan Susastra


Sangat jarang ada buku seperti ini. Buku ini berisi esai dan wawancara bersama Pram. Selain itu juga melihat bagaimana orang Belanda sendiri memberikan uraian dan kritik terhadap salah satu pengarang Indonesia yang pernah menjadi nominator Nobel ini.

August Hans den Boef, esais Belanda, dengan tegas menguraikan permasalahan-permasalahan yang terjadi pada masa Pram masih hidup beserta kronologis karya-karyanya. Ia memaparkan bagaimana situasi sosial politik di Indonesia, terutama pada masa pemerintahan Sukarno dan rezim Soeharto. Pada dua masa ini, Pram mengalami penahanan karena melancarkan kritik terhadap pemerintah yang merendahkan martabat kaum Tionghoa. Ia pun ditahan di Pulau Edam dan mengalami kerja paksa. Tidak lama kemudian karena kondisi politik Indonesia ricuh, Soeharto mengganti tampuk kekuasaan. Pada masa itu Pram ikut ambil bagian dalam Lekra. Ia mengalami penahanan untuk yang kedua kalinya, karena Bumi Manusia dan Anak Semua Bangsa dicurigai mengajarkan ajaran Marxisme-Leninisme. Karya-karyanya direnggut paksa dan dibakar. Sampai-sampai mahasiswa di Yogyakarta dihukum penjara tujuh tahun karena memiliki salah satu karya Pram. Masa Soeharto ini memang mengerikan bagi Pram. Karyanya menjadi karya yang terlarang.

Barulah setelah peristiwa 1998, karya Pram dapat beredar luas. Buku-bukunya kini dapat dibeli dan dibaca di mana pun. Pram sebenarnya memegang nilai-nilai demokrasi dan kemanusiaan, juga spiritualitas dan isi. Van Den Hoef memaparkan bagaimana Pram mengkritik para pemeluk agama yang lebih mementingkan ritual keagamaan yang dogmatis tanpa menyebarkan inti dari agama seperti kasih sayang dan persaudaraan sesama manusia, apa pun perbedaannya. Karena inilah agama akan mudah ditunggangi siapa pun yang memiliki kepentingan pribadi. Juga kritiknya terhadap nilai-nilai tradisional yang tidak sesuai dengan pertimbangan moral manusia. Semua ini tergambarkan secara jelas sekali dalam karya-karyanya.

Buku ini juga dilengkapi wawancara antara seorang Belanda yang pernah menjabat sebagai Guru Besar Sastra dan Sejarah Sosial-Budaya Belanda di Universitas Sorbonne, Kees Snoek dan Pram. Wawancara tersebut banyak berisi tentang keluarga Pram dan sikap-sikapnya terhadap kondisi sosial politik dan konflik kebudayaan yang pernah menimpanya.

Sumber: https://irwanapriansyah.wordpress.com/author/irwanapriansyah1771/

Komentar (0)


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Bidang yang harus diisi ditandai *