Belajar dari Kang Mbok

Salah satu buku bagus yang ditulis oleh Sujiwo Tedjo. Buku ini lebih dominan menceritakan kehidupan sehari-hari ‘Kang Mbok’ atau yang bernama asli Sri Tedy Rusydi. Kang Mbok bukanlah orang asing bagi Tedjo, beliau adalah orang tua, panutan, sekaligus guru spiritual bagi Tedjo.

Dari Kang Mbok, Tedjo bisa belajar banyak mengenai hidup dan kehidupan. Kang Mbok tak segan-segan memberikan wejangan baik itu kepada Tedjo atau bahkan orang lain. Kang Mbok yang lahir dari turunan Jawa tentu sangat menjaga eksistensi warisan budaya nenek moyangnya. Dalam hal lain Kang Mbok sangat suka dengan wayang baik itu wayang kulit atau wayang golek. Tentu itu bagian dari menjaga kearifan lokal baginya.

Sisi spiritualitas Kang Mbok mungkin tidak seperti layaknya ulama-ulama atau ustadzah-ustadzah yang selalu muncul di tv dengan gaya khas dan seruan dakwahnya. Beliau tetap menjaga hubungan antara dirinya dengan sang pencipta. Masalah religiusitas tak usah dipublish di masyarakat luas, itu yang selalu muncul dalam perkataan beliau.

Dalam penulisan buku ini, Tedjo sangat piawai dalam merangkai kata-kata, seperti halnya memainkan saxophonedengan penuh romantis.

Kang Mbok bukanlah orang yang hidupnya di bawah garis kemiskinan. Bersyukurlah beliau yang hidupnya serba kecukupan. Tempat tinggal di kawasan elit Jakarta tidaklah mudah bagi orang yang ndak mempunyai uang banyak. Tapi justru itu beliau tidak sombong dengan apa yang beliau punya. Tetap merakyat dengan masyarakat luas.

Sujiwo Tedjo menemukan sesuatu dalam diri Kang Mbok yang tidak pernah ditemukan pada orang lain, di mana Sujiwo Tedjo memerlukan di situlah Kang Mbok menampakkan walaupun bukan secara fisik. Sesekali Tedjo diminta untuk mengiringi musik di rumah Kang Mbok, itu hal yang bahagia bagi Tedjo karena akan ada nasehat juga pitutur yang disampaikan oleh Kang Mbok. Penyampaian Tedjo dalam buku ini sangat aspiratif bagi pembaca. Selebihnya silahkan pembaca untuk menikmati sendiri buku tersebut. Salam Jancuukkk..!


Sumber: http://omahaksoro.com/2016/12/07/belajar-dari-kang-mbok/

Komentar (0)


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Bidang yang harus diisi ditandai *