Betawi Trempo Doeloe
Bedah Buku Betawi Tempo Doeloe: Meluruskan Nilai Kultural yang Menyesatkan

Dalam rangka memperingati Bulan Bahasa (Oktober, mengacu pada peringatan Sumpah Pemuda 1928, Red.), jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Negeri Jakarta (UNJ) menggelar acara bertajuk Gebyar Bahasa dan Sastra Indonesia (19-23/10-2015). Dalam salah satu rangkaian acara yang padat, digelar bedah buku Betawi Tempo Deoloe karya Abdul Chaer (penerbit Masup Jakarta).

   Dalam bedah buku itu menghadirkan Dr. Bondan Kanumoyoso (Sejarawan Dosen Ilmu Sejarah, Universitas Indonesia) dan Dr. Mahmudin Yasin MBA (Orang Betawi, mantan wakil menteri BUMN) selaku pembahas, serta Abdul Chaer selalu penulisnya. Acaranya sendiri dipandu oleh Fathiaty Murtadho, selaku dosen jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, sekaligus ketua panitia gelaran Gebyar Bahasa dan Sastra Indonesia .

   Dalam pembahasannya diulas tentang penelusuran sejarah kebudayaan Betawi. Dalam buku tersebut diuraikan tentang 7 pilar penting unsur kebudayaan, (1) Bahasa, (2) Kelengkapan Hidup, (3) Sistem mata pencaharian, (4) Sistem Kemasyarakatan, (5) Pendidikan dan Pengajaran, (6) Religi Kepercayaan, dan (7) Kesenian.

   Abdul Chaer, sang penulis adalah pria Betawi yang telah menekuni sejarah kebudayaan Betawi, lebih dari 40 tahun, sebelumnya membuat buku Folklor Betawi. Nah, dapat dikatakan buku Betawi Tempo Doeloe punya andil yang besar buat warga Betawi dan umunya rakyat Indonesia. Mengapa? Dengan buku ini, kita diajak melihat secara detail tentang budaya Betawi, mulai sejarah sampai keseniannnya. Lengkap dijabarkan.

Satu hal yang menarik diulas dalam buku ini adalah adalah pandangan orang Betawi terhadap suatu hal. Berikut ini dua hal pandangan Betawi yang kami kutip:

a. Berani pegang berani bayar. Maksudnya orang Betawi selalu bertanggung jawab terhadap apa saja yang dilakukannya.

b. Sekali kali lihat ke bawah. Orang Betawi akan selalu membantu orang kecil yang mendapat kesulitan.

Coba simak, dua pandangan di atas, betapa luhur dan mulianya jika kedua pandangan itu dijalankan oleh seluruh umat manusia. Itu baru dua pandangan, belum lagi pandangan lain yang diulas dalam buku Betawi Tempo Doeloe. Semua mengandung nilai pendidikan yang di dalamnya ada aspek afektif (sikap) yang baik.

Lagu-lagu Betawi ikut diulas dalam buku ini, mulai dari Jali-Jali, Lenggang Kangkung, Surilang, dan Kicir-Kicir. Salah satunya kami cuplikan sedikit syair lagu Jali-Jali.

Jali lah jali dari Cikini..sayang
Jali-lah dari Cikini
Jali lah jali sampai di sini.

Sumber: http://www.majalahbetawi.com/2016/01/bedah-buku-betawi-tempo-doeloe.html

Komentar (0)


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Bidang yang harus diisi ditandai *