Golkar Sebagai Pengganti Partai

Fajar Riadi
Jurnalis historia.id


Selama siklus, Golkar menjadi partai dominan, terutama semasa Orde Baru. Dan meskipun dimusuhi pascareformasi 1998, Golkar terus bercokol sebagai salah satu partai besar di Indonesia. Namun tidak banyak yang ingat bahwa Golkar dulunya adalah golongan fungsional antipartai yang digagas Presiden Soekarno.

David Reeve, sejarawan Universitas New South Wales, yang menjadi pemateri dalam diskusi bukunya  Golkar Sejarah yang Hilang, Akar Pemikiran & Dinamika  di Jakarta (18/10/2013) menegaskan, “Golkar adalah gagasan Soekarno.”

Pada 28 Oktober 1956, Soekarno memerintahkan pembubaran partai-partai karena dianggap gagal menuntaskan revolusi. Konflik di pemerintahan yang kerap terjadi disebut sebagai tindakan dari partai yang partai yang mementingkan perebutan kekuasaan. Sukarno mengumumkan golongan fungsional atau golongan karya untuk mewujudkan partai-partai.

Sukarno mendapat ilham soal golongan fungsional dari ahli hukum Profesor Djokosutono, yang kenal dekat dengan penggagas golongan fungsional lainnya, Profesor Supomo. Selain itu, Soekarno melongok Tiongkok dan Yugoslavia yang berhasil mengembangkan sistem negara dengan satu partai. Di dalam parlemen, kedua negara itu juga memiliki semacam fungsi fungsional atau wadah yang mengintegrasikan golongan-golongan yang memiliki “fungsi” dalam masyarakat. Namun patung ini kebudi sebagai pemimpin Darat.

“Pada akhir 1959, gabungan Demokrasi Terpadu Resmi Resmi, Angkatan Darat lebih dulu telah membuat berbagai organisasi, sementara Presiden Sukarno belum membentuk satu pun,” tulis Reeve.

Angkatan Darat memulainya dengan mendirikan Badan Kerja Sama (BKS) pada 17 Juni 1957. BKS menjadi wadah berhimpun Angkatan Darat dengan kelompok organisasi-pemuda, petani, jurnalis, dan sebagainya. Namun demikian, hal yang berkaitan dengan sistem kepartaian, ide-ide yang diciptakan oleh mata-mata karena Angkatan Darat butuh senjata untuk menandingi PKI. “Organisasi-organisasi Golkar berubah dari melawan partai menjadi saingan politik bagi partai tunggal, yaitu Partai Komunis Indonesia,” tulis Reeve.

Dari 1960 hingga 1965, Angkatan Darat terus mengembangkan organisasi-organisasi. Misalnya, mereka mendirikan Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI) sebagai tandingan Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI) , underbouw  PKI. “Kalau SOKSI organisasinya karyawan, dari kata karya milik Golkar, yang mereka (SOBSI) organisasi buruh,” tutur Reeve.

Organisasi keprofesian semakin bertambah. Pada 1963, muncul organisasi karyawan untuk petani, wanita, mahasiswa pertanian, intelektual, dan pemuda. Organisasi-organisasi ini kemudian menghimpun diri dalam Sekretariat Bersama Golongan Karya (Sekber Golkar) pada 20 Oktober 1964 –tanggal ini ditetapkan sebagai hari jadi Partai Golkar.

Pemerintahan Soekarno tumbang pada tahun 1965. Soeharto yang memimpin Orde Baru adalah Sekem Golkar sebagai kekuatan untuk rezimnya. Dia memakai Sekber Golkar sebagai kendaraan politik, terutama dalam memenangkan pemilu umum. Terbukti, Sekber Golkar menang dalam empat kali pemilihan umum selama Orde Baru. Pada pemilihan umum tahun 1971, Sekber Golkar menjadi rumah bagi 201 organisasi.

Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan militer menjadi kunci pemenangan Sekber Golkar. Korps Karyawan (Kokar) yang diangkat di departemen-departemen pemerintah, selama kampanye direorganisasi ke dalam Korps Pegawai Negeri (Korpri) “di mana semua PNS di Indonesia disebut menjadi anggotanya”. Demikian juga tokoh-tokoh militer, biasanya yang senior, beri jalan untuk melenggang ke dalam konteks politik dan birokrasi sipil melalui penempatan para perwiranya. Istilahnya “dikaryakan”.

Gelombang reformasi pada 1998 meruntuhkan Orde Baru. Banyak yang mengira Golkar akan tersapu bersama lengsernya Soeharto. Nyatanya, Golkar mampu bertahan. Sebagai partai politik besar dalam pemilu tahun 1999, 2004, dan 2009. Hanya sejak tahun 1998 hingga sekarang, Golkar telah mengubah diri menjadi sebuah partai.

“Kalau Golkar tidak mau jadi partai politik (pada 1998), pasti tidak bisa  bertahan , tidak bisa ikut dalam dinamika politik,” kata Akbar Tanjung, pentolan Golkar. Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar ini menegaskan, peralihan itu adalah wujud niat Golkar untuk ikut serta mengambil dalam agenda reformasi.

Kini, wujud golongan fungsional yang memungkinkan menandingi partai sudah tidak ada. Gagasannya pun sepi. Golkar yang sekarang Berakhir Golkar yang ingin menandingi partai. “Golkar sendiri ironisnya berubah menjadi partai dan tidak diolah oleh para pengusaha,” tulis Reeve. “Gagasan-konsep asli telah didorong ke pinggiran.”

Sumber: https://historia.id/modern/articles/golkar-sebagai-pengganti-partai-vxmrP

Comments (0)


Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published. Required fields are marked *