2022 Arsip : Komunitas Bambu http://komunitasbambu.id/tahun-terbit/2022/ Toko Buku Online. Wed, 10 Apr 2024 05:02:43 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.3.4 https://komunitasbambu.id/wp-content/uploads/2018/12/komunitasbambu-280x280-100x100.jpg 2022 Arsip : Komunitas Bambu http://komunitasbambu.id/tahun-terbit/2022/ 32 32 SENGKETA REMPAH: Halmahera Timur dan Raja Jailolo Abad ke-19 (Cet-1) https://komunitasbambu.id/product/sengketa-rempah-di-laut-seram-halmahera-timur-dan-raja-jailolo-abad-ke-19/ https://komunitasbambu.id/product/sengketa-rempah-di-laut-seram-halmahera-timur-dan-raja-jailolo-abad-ke-19/#respond Mon, 14 Nov 2022 08:41:33 +0000 https://komunitasbambu.id/?post_type=product&p=13905 Buku ini berbasis disertasi sejarawan R.Z. Leirissa. Ia siap dengan berbagai sumber sehingga mampu menghadirkan panggung sejarah perdagangan rempah-rempah beserta gejolak sosial yang terjadi di Laut Seram pada awal abad ke-19. Terutama keterkaitannya antara wilayah Halmahera Timur dan Kerajaan Jailolo.

The post SENGKETA REMPAH: Halmahera Timur dan Raja Jailolo Abad ke-19 (Cet-1) appeared first on Komunitas Bambu.

]]>
Leirissa dari kawasan Laut Seram telah berhasil menggambarkan masa rempah-rempah dengan membawa Maluku ke atas panggung sejarah. Keistimewaan bahwa tiada satu pun tempat di muka bumi punya “tumbuhan surga” itu telah membawa bencana. Meskipun tanah tempat tumbuhnya disembunyikan dan diselubungi mitos-mitos seram, harganya yang selangit membuat orang-orang Eropa mulai mencarinya pada abad ke-15.

Raja dan orang-orang super kaya mengirim armada menjelajah samudra untuk menemukan pulau rempah yang akhirnya menghadapkan Maluku dengan berbagai bangsa yang berlomba untuk menguasai pusat rempah-rempah. Zona laut Maluku dengan kerajaan-kerajaannya menjadi panas dipenuhi persengketaan kekuatan kolonial. Persengketaan itu membuat VOC menjadi kekuatan dominan sekaligus penyebab awal kejatuhan kerajaan-kerajaan di Maluku.

The post SENGKETA REMPAH: Halmahera Timur dan Raja Jailolo Abad ke-19 (Cet-1) appeared first on Komunitas Bambu.

]]>
https://komunitasbambu.id/product/sengketa-rempah-di-laut-seram-halmahera-timur-dan-raja-jailolo-abad-ke-19/feed/ 0
KESEHARIAN ORANG BUANGAN DI KAMP KOLONIAL (Cet-1) https://komunitasbambu.id/product/keseharian-orang-buangan-di-kamp-kolonial/ https://komunitasbambu.id/product/keseharian-orang-buangan-di-kamp-kolonial/#respond Wed, 26 Oct 2022 01:30:12 +0000 https://komunitasbambu.id/?post_type=product&p=13893 Buku ini sungguh karya yang luar biasa, provokatif, menantang, dan cemerlang.
Rudolf Mrázek berhasil menulis buku yang boleh jadi yang terbaik yang pernah
saya baca di dekade ini.
— Rosalind C. Morris, Guru Besar Antropologi Universitas Columbia

Buku ini adalah “bentangan paling kental” perihal kehidupan kamp yang
pernah dibukukan sejauh ini, memberikan wawasan berharga untuk menyelami
corak modernitas yang bersemayam dalam setiap sendi kehidupan.
— Iris Rachamimov, Universitas Tel Aviv

The post KESEHARIAN ORANG BUANGAN DI KAMP KOLONIAL (Cet-1) appeared first on Komunitas Bambu.

]]>
Rudolf Mrázek menyoroti setiap jengkal kehidupan keseharian para penghuni
dua kamp: Theresienstadt, suatu ghetto di dekat Praha oleh Nazi untuk orang-orang Yahudi, dan Boven Digoel, suatu kamp pemencilan buatan pemerintah
Hindia-Belanda di rimba Papua untuk kaum komunis dan para pemberontak yang
pernah berusaha menggulingkannya. Berdasar pada wawancara para penyintas
kedua kamp dan anak keturunan mereka, arsip pemerintah, memorabilia,
serta catatan di media, Mrázek berhasil menyusun buku ini dan menunjukkan
bagaimana pelbagai tugas biasa dalam kehidupan modern—membeli pakaian,
mencukur rambut, berolahraga—terus berjalan di kamp, serta dirancang,
dibangun, dan dikelola sesuai dengan asas-asas modernitas. Dengan begitu,
Mrázek menunjukkan bahwa kamp-kamp konsentrasi bukanlah suatu ruang yang
luar biasa; kamp-kamp itu adalah lokus modernitas dalam wujudnya yang paling
tulen.
Buku ini sungguh karya yang luar biasa, provokatif, menantang, dan cemerlang.
Rudolf Mrázek berhasil menulis buku yang boleh jadi yang terbaik yang pernah
saya baca di dekade ini.
— Rosalind C. Morris, Guru Besar Antropologi Universitas Columbia
Buku ini adalah “bentangan paling kental” perihal kehidupan kamp yang
pernah dibukukan sejauh ini, memberikan wawasan berharga untuk menyelami
corak modernitas yang bersemayam dalam setiap sendi kehidupan.
— Iris Rachamimov, Universitas Tel Aviv

The post KESEHARIAN ORANG BUANGAN DI KAMP KOLONIAL (Cet-1) appeared first on Komunitas Bambu.

]]>
https://komunitasbambu.id/product/keseharian-orang-buangan-di-kamp-kolonial/feed/ 0
NASIONALISME & REVOLUSI INDONESIA (Cet-2) https://komunitasbambu.id/product/https-komunitasbambu-id-wp-content-uploads-2022-08-001-jpg/ https://komunitasbambu.id/product/https-komunitasbambu-id-wp-content-uploads-2022-08-001-jpg/#respond Mon, 08 Aug 2022 09:37:01 +0000 https://komunitasbambu.id/?post_type=product&p=13814 Sejak diterbitkan pada 1952, buku ini segera dikenali sebagai karya akademik dan perintis sejarah revolusi Indonesia. Kahin mewawancarai sejumlah tokoh politik terkemuka dari masa itu dan meneliti laporan Indonesia, Belanda serta negara lain Eropa. Hasilnya 15 bab uraian penting dan kompreherensif yang memberikan kontribusi besar bagi pengetahuan mengenai berbagai topik berkaitan dengan transisi dan revolusi […]

The post NASIONALISME & REVOLUSI INDONESIA (Cet-2) appeared first on Komunitas Bambu.

]]>
Sejak diterbitkan pada 1952, buku ini segera dikenali sebagai karya akademik dan perintis sejarah revolusi Indonesia. Kahin mewawancarai sejumlah tokoh politik terkemuka dari masa itu dan meneliti laporan Indonesia, Belanda serta negara lain Eropa. Hasilnya 15 bab uraian penting dan kompreherensif yang memberikan kontribusi besar bagi pengetahuan mengenai berbagai topik berkaitan dengan transisi dan revolusi negara kolonial Hindia Belanda ke negara berdaulat Republik Indonesia. Keberhasilan Kahin merekam kekayaan warna ideologi serta drama revolusi Indonesia menjadi kekuatan abadi buku ini.

“Sejak buku ini terbit, banyak penelitian lebih terperinci bermunculan. Sebagian besar karya-karya ini tidak melemahkan karya Kahin. Sebaliknya, kedalaman dan tingkat akurasinya malahan terbukti.” – Audrey Kahin, Sejarawan

“Kahin berhasil benar dalam karya perintisannya tentang revolusi Indonesia ini. Lagi pula prinsip objektivitas dalam penulisan dipegangnya dengan teguh.” – Sartono Kartodirjo, Sejarawan

“Suatu klasik sebab karya Kahin tidak hanya unggul sebagai karya ilmiah mengenai gerakan nasional Indonesia yang terperinci, komprehensif dan objektif, tetapi juga merupakan kesaksian hidup dari sejarah revolusi Indonesia.” – Miriam Budiarjo, Ilmuwan Politik

The post NASIONALISME & REVOLUSI INDONESIA (Cet-2) appeared first on Komunitas Bambu.

]]>
https://komunitasbambu.id/product/https-komunitasbambu-id-wp-content-uploads-2022-08-001-jpg/feed/ 0
RADEN SALEH: Anak Belanda, Mooi Indie & Nasionalisme (Cet-2) https://komunitasbambu.id/product/raden-saleh-anak-belanda-mooi-indie-dan-nasionalisme-cet-ii/ https://komunitasbambu.id/product/raden-saleh-anak-belanda-mooi-indie-dan-nasionalisme-cet-ii/#respond Mon, 30 May 2022 07:33:18 +0000 https://komunitasbambu.id/?post_type=product&p=13740 Tiga orang sejarawan terkemuka mengulas dari berbagai aspek maestro pelukis Raden Saleh dan memetakan pengaruh pemikirannya.

The post RADEN SALEH: Anak Belanda, Mooi Indie & Nasionalisme (Cet-2) appeared first on Komunitas Bambu.

]]>
Siapakah Raden Saleh? Ia tokoh jenius maestro seni lukis Indonesia pertama. Tapi, jika menyelami sejarah seni lukis di zamannya terlihat karyanya mirip pelukis Eropa saat itu. Ada yang bilang, ia nasionalis pertama. Tetapi, banyak informasi yang menggambarkan orientasi melulu Belanda. Ia kerap berusaha membuktikan dirinya aristokrat Jawa kawula Belanda. Diusulkan mengenangnya sebagai sosok ilmuwan yang berperan dan berkontribusi dalam ilmu zoologi, arkeologi, sejarah serta antropologi budaya Jawa.

Tetapi, sebagai seorang Jawa, ia pun lebih menghayati kejawaan yang orientalistik. Sampai di sini, apakah ia “durung Jawa” alias belum Jawa sebagaimana “durung Londo”? Ia mungkin orang pribumi pertama yang sendirian mengalami ambiguitas identitas, sebelum akhirnya di awal abad ke-20 dialami banyak pribumi Hindia Belanda yang disebut elite modern Indonesia.

Buku ini menarik karena memicu banyak pertanyaan, mengajak menilai ulang Raden Saleh dengan kompleksitas diri serta warisannya.

The post RADEN SALEH: Anak Belanda, Mooi Indie & Nasionalisme (Cet-2) appeared first on Komunitas Bambu.

]]>
https://komunitasbambu.id/product/raden-saleh-anak-belanda-mooi-indie-dan-nasionalisme-cet-ii/feed/ 0
BUKAN 350 TAHUN DIJAJAH (Cet-3) https://komunitasbambu.id/product/bukan-350-tahun-dijajah-2/ https://komunitasbambu.id/product/bukan-350-tahun-dijajah-2/#respond Thu, 24 Mar 2022 10:28:14 +0000 https://komunitasbambu.id/?post_type=product&p=13636 Dalam buku klasik ini Resink membuktikan sebenarnya Belanda tidak menjajah Indonesia selama 350 tahun, tetapi mengapa hal tersebut masih tertulis dalam buku-buku sejarah di sekolah dan sering disebut dalam pidato-pidato?

The post BUKAN 350 TAHUN DIJAJAH (Cet-3) appeared first on Komunitas Bambu.

]]>
Siapa bilang Indonesia dijajah 350 tahun? Bohong! Mitos belaka. Melalui buku ini G.J. Resink sebagai sejarawan dan ahli hukum internasional sekaligus penyair memaparkan bukti-bukti betapa semua itu konstruksi politik kolonial. Kebohongan itu dipopulerkan politisi Belanda dan buku-buku pelajaran sekolah kolonial, tetapi semakin kuat dipercaya sebagai kebenaran sejarah ketika Sukarno dan para pejabat juga politisi kerap menggunakannya dalam pidato-pidato. Tidak terkecuali para sejarawan. Celakanya lagi, pemerintah malah memasukkan mitos tersebut ke dalam kurikulum pelajaran sekolah sampai akhirnya diterima dan tertanam sebagai kebenaran absolut di masyarakat.

Resink siap dengan segudang sumber memberikan detail fakta-fakta hukum betapa banyak kerajaan-kerajaan dan negeri-negeri di Indonesia yang tetap berdaulat selama kekuatan kolonial bercokol. Hitungan Resink, paling-paling Hindia Belanda sebagai negara hanya ada selama 40 tahun, tetapi itu pun tidak benar-benar seluas wilayah Republik Indonesia hari ini, meskipun Belanda sudah benar-benar mengusahakan penaklukan selama 350 tahun.

***
Resink berjasa penting memperkenalkan pendekatan hukum internasional dalam menelaah sejarah kolonialisme. Kesimpulannya, kekuasaan Belanda yang dikatakan selama 350 tahun di Kepulauan Indonesia tak lebih dari mitos politik belaka yang tidak bisa bertahan melawan ujian kebenaran sejarah. – Taufik Abdullah

Dalam buku klasik ini Resink membuktikan sebenarnya Belanda tidak menjajah Indonesia selama 350 tahun, tetapi mengapa hal tersebut masih tertulis dalam buku-buku sejarah di sekolah dan sering disebut dalam pidato-pidato? – Asvi Warman Adam

The post BUKAN 350 TAHUN DIJAJAH (Cet-3) appeared first on Komunitas Bambu.

]]>
https://komunitasbambu.id/product/bukan-350-tahun-dijajah-2/feed/ 0
BERKAS GENOSIDA: Mekanika Pembunuhan Massal 1965-1966 (Cet-1) https://komunitasbambu.id/product/berkas-genosida-indonesia-mekanika-pembunuhan-massal-1965-1966/ https://komunitasbambu.id/product/berkas-genosida-indonesia-mekanika-pembunuhan-massal-1965-1966/#respond Fri, 04 Feb 2022 02:38:12 +0000 https://komunitasbambu.id/?post_type=product&p=13541 Buku ini menggugurkan narasi militer yang menjadi propaganda resmi pemerintah Indonesia tentang pembunuhan massal 1965– 1966

The post BERKAS GENOSIDA: Mekanika Pembunuhan Massal 1965-1966 (Cet-1) appeared first on Komunitas Bambu.

]]>
Selama lebih dari setengah abad, militer Indonesia menggambarkan pembunuhan massal 1965–1966 yang menewaskan sekitar satu juta warga sipil tak bersenjata sebagai akibat pemberontakan “G30S/PKI”. Istilah ini menunjukkan suatu narasi yang tidak hanya menyangkal peran militer di balik pembantaian sekaligus mengkambinghitamkan pihak lain, tetapi juga menampik gagasan bahwa peristiwa tersebut merupakan operasi nasional yang terpusat.

Buku ini menggugurkan narasi militer yang menjadi propaganda resmi pemerintah Indonesia tentang pembunuhan massal 1965–1966 berdasar arsip militer sendiri. Arsip setebal 3.000 halaman yang ditemukan di bekas gedung Badan Intelijen Indonesia di Banda Aceh tersebut untuk pertama kalinya digunakan untuk merekonstruksi secara rinci narasi pembunuhan 1965–1966. Dari perintah dan catatan militer, serta kisah-kisah yang belum pernah didengar yang disuarakan 70 penyintas G30S di Aceh, buku ini dengan gamblang menyatakan bahwa pembantaian 1965–1966 merupakan kasus genosida, sebagaimana definisi yang termaktub
dalam Konvensi Genosida 1948. “Secara mengejutkan, Melvin berhasil menjelaskan dua hal yang, setidaknya bagi saya, hanya samar-samar diketahui. Dua hal itu adalah pentingnya posisi Aceh dalam pertarungan ideologis dan transformasi politik lokal yang membuat elite masyarakat Aceh merasa lebih berutang kepada kaum militer ketimbang kepada Sukarno.” — Fachry Ali, Pengamat Politik-Ekonomi dan Sejarah

“Tampaknya mustahil untuk melebih-lebihkan pentingnya hasil kerja Melvin yang monumental sekaligus terasa memilukan… Hasil kerjanya mengubah pemahaman kita tentang sejarah, identitas, dan politik Indonesia. Jess Melvin telah menyusun salah satu kajian terbaik tentang genosida.” — Joshua Oppenheimer, sutradara peraih nominasi Academy Award, The Act of Killing (2012) dan The Look of Silence (2014)

The post BERKAS GENOSIDA: Mekanika Pembunuhan Massal 1965-1966 (Cet-1) appeared first on Komunitas Bambu.

]]>
https://komunitasbambu.id/product/berkas-genosida-indonesia-mekanika-pembunuhan-massal-1965-1966/feed/ 0
MUTIARA DI PADANG ILALANG: Cerita Seorang Penyintas (Cet-2) https://komunitasbambu.id/product/mutiara-di-padang-ilalang-cerita-seorang-penyintas/ https://komunitasbambu.id/product/mutiara-di-padang-ilalang-cerita-seorang-penyintas/#respond Fri, 28 Jan 2022 03:57:25 +0000 https://komunitasbambu.id/?post_type=product&p=13533 Catatan-catatan Tedjabayu menunjukkan bahwa sejak ditahan dan dibebaskan mereka betul-betul menjadi tahanan yang tak memiliki hak-hak

The post MUTIARA DI PADANG ILALANG: Cerita Seorang Penyintas (Cet-2) appeared first on Komunitas Bambu.

]]>
“Catatan-catatan Tedjabayu menunjukkan bahwa sejak ditahan dan dibebaskan mereka betul-betul menjadi tahanan yang tak memiliki hak-hak sehingga nasib mereka tergantung belas kasihan dari penguasa apakah itu tentara maupun sipir penjara. Mereka menjadi “obyek bukan lagi menjadi subyek”” – Todung Mulya Lubis

Mutiara di Padang Ilalang, bukan saja menggambarkan bagaimana para mahasiswa dan intelektual yang merupakan manusia-manusia harapan bangsa, dihilangkan kemanusiaannya dengan cara-cara kejam, tapi menggambarkan juga bagaimana bangsa ini kehilangan keperibadiaannya yang berakibat pada hilangnya kesempatan membangun masa depan bangsa dengan rasa percaya diri” – Nursyahbani Katjasungkana

The post MUTIARA DI PADANG ILALANG: Cerita Seorang Penyintas (Cet-2) appeared first on Komunitas Bambu.

]]>
https://komunitasbambu.id/product/mutiara-di-padang-ilalang-cerita-seorang-penyintas/feed/ 0
PERANG MELAWAN PENJAJAH: Dari Hindia Timur Sampai NKRI 1510–1975 (Cet-1) https://komunitasbambu.id/product/perang-melawan-penjajah-dari-hindia-timur-sampai-nkri-1510-1975/ https://komunitasbambu.id/product/perang-melawan-penjajah-dari-hindia-timur-sampai-nkri-1510-1975/#respond Fri, 14 Jan 2022 03:21:41 +0000 https://komunitasbambu.id/?post_type=product&p=13508 Buku ini ditulis untuk menunjukkan sisi gelap kolonialisme. Piet Hagen siap dengan sumber yang kaya sehingga mampu mendeskripsikan dalam periode panjang buasnya kolonialisme Eropa, terutama Belanda, menindas dengan kekerasan dan persenjataan modern melalui setidaknya 500 peperangan.

The post PERANG MELAWAN PENJAJAH: Dari Hindia Timur Sampai NKRI 1510–1975 (Cet-1) appeared first on Komunitas Bambu.

]]>
Buku ini ditulis untuk menunjukkan sisi gelap kolonialisme. Piet Hagen siap dengan sumber yang kaya sehingga mampu mendeskripsikan dalam periode panjang buasnya kolonialisme Eropa, terutama Belanda, menindas dengan kekerasan dan persenjataan modern melalui setidaknya 500 peperangan. Hasilnya Belanda menjadi kaya raya, mencapai abad emasnya pada 1600–1700. Sukses melakukan industrialisasi jadi negara maju pada abad ke-19. Kekerasan dan kekejaman konflik militer akibat eksploitasi kolonial membantu kita memahami mengapa perang dan pemberontakan melawan penjajah terus terjadi. Pergerakan nasional patah tumbuh hilang berganti, meski tokoh-tokohnya dibui, dibuang, dan diasingkan. Orang Indonesia menjadi benci terhadap Belanda dan semua yang berbau kolonial. Proklamasi 1945 pun menjadi katup pelepas kebencian dan sikap antikolonial itu mewujud dalam laskar-laskar zaman bersiap; siap mati melawan penjajah yang angkuh serta tak juga menginsafi kekejaman mereka yang panjang.

Buku ini bersifat kronik historis sekaligus ensiklopedis, juga menarik karena menggambarkan mengapa dekolonisasi sejarah harus didekati dengan sejarah antikolonial. Perang-perang penjajahan bukan hanya telah merenggut jutaan nyawa dan triliunan harta benda, tetapi juga mewariskan beban kemiskinan serta budaya kekerasan yang panjang. Inilah mengapa buku Perang Melawan Penjajah masuk dalam daftar pendek bergengsi Libris History Prize karena dinilai jurinya “menyadarkan siapa pun yang ingin berpartisipasi dalam debat tentang kolonialisme di Indonesia, sebaiknya tidak usah bersuara sebelum membaca buku ini.

Buku yang layak untuk dibaca dan diberikan posisi terhormat di rak buku siapa pun yang serius tertarik dengan sejarah Indonesia. Apalagi yang tertarik dengan sejarah militer dan perang serta penjajahan di Indonesia, ini akan menjadi buku referensi utama.
– Peter Carey, Sejarawan

The post PERANG MELAWAN PENJAJAH: Dari Hindia Timur Sampai NKRI 1510–1975 (Cet-1) appeared first on Komunitas Bambu.

]]>
https://komunitasbambu.id/product/perang-melawan-penjajah-dari-hindia-timur-sampai-nkri-1510-1975/feed/ 0
DJAWA DIPA: Sama Rata, Sama Rasa, Sama Bahasa 1917–1922 (Cet-1) https://komunitasbambu.id/product/djawa-dipa-sama-rata-sama-rasa-sama-bahasa-1917-1922/ https://komunitasbambu.id/product/djawa-dipa-sama-rata-sama-rasa-sama-bahasa-1917-1922/#respond Mon, 10 Jan 2022 08:02:13 +0000 https://komunitasbambu.id/?post_type=product&p=13481 Tidak berlebihan kiranya jika skripsi Mone Thamrin ini disebut sebagai salah satu karya pertama yang mempertemukan ilmu sejarah dengan kajian budaya

The post DJAWA DIPA: Sama Rata, Sama Rasa, Sama Bahasa 1917–1922 (Cet-1) appeared first on Komunitas Bambu.

]]>
“Bagi studi sejarah Indonesia di masa itu tema bahasa dan politik ini sangat tidak lazim. Mone Thamrin pun tetap menonjolkan unsur gerakan dari Djawa Dipa karena pada umumnya skripsi di jurusan Sejarah berkisah tentang tokoh, organisasi, atau peristiwa, bukan tentang gejala sosial seperti bahasa. Tidak berlebihan kiranya jika skripsi Mone Thamrin ini disebut sebagai salah satu karya pertama yang mempertemukan ilmu sejarah dengan kajian budaya.” – Hilmar Farid, Dirjen Kebudayaan Kemendikbud Ristek RI.

“Kita kehilangan tokoh yang idealis dan perjuangkan kelestarian bumi dari ‘climate crisis’. Juga keselamatan anak-cucu, terbebas dari keserakahan hidup manusia. Muhammad Husni Thamrin, ‘selamat jalan’ dan istirahatlah dengan tenang di sisi Allah SWT. Kami lanjutkan perjuangan dan ‘mimpimu’.” – Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden RI 2004–2014.

The post DJAWA DIPA: Sama Rata, Sama Rasa, Sama Bahasa 1917–1922 (Cet-1) appeared first on Komunitas Bambu.

]]>
https://komunitasbambu.id/product/djawa-dipa-sama-rata-sama-rasa-sama-bahasa-1917-1922/feed/ 0