Politik Archives : Komunitas Bambu https://komunitasbambu.id/product-category/politik/ Toko Buku Online. Tue, 02 Apr 2024 02:19:28 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.3.4 https://komunitasbambu.id/wp-content/uploads/2018/12/komunitasbambu-280x280-100x100.jpg Politik Archives : Komunitas Bambu https://komunitasbambu.id/product-category/politik/ 32 32 KESEHARIAN ORANG BUANGAN DI KAMP KOLONIAL (Cet-1) https://komunitasbambu.id/product/keseharian-orang-buangan-di-kamp-kolonial/ https://komunitasbambu.id/product/keseharian-orang-buangan-di-kamp-kolonial/#respond Wed, 26 Oct 2022 01:30:12 +0000 https://komunitasbambu.id/?post_type=product&p=13893 Buku ini sungguh karya yang luar biasa, provokatif, menantang, dan cemerlang.
Rudolf Mrázek berhasil menulis buku yang boleh jadi yang terbaik yang pernah
saya baca di dekade ini.
— Rosalind C. Morris, Guru Besar Antropologi Universitas Columbia

Buku ini adalah “bentangan paling kental” perihal kehidupan kamp yang
pernah dibukukan sejauh ini, memberikan wawasan berharga untuk menyelami
corak modernitas yang bersemayam dalam setiap sendi kehidupan.
— Iris Rachamimov, Universitas Tel Aviv

The post KESEHARIAN ORANG BUANGAN DI KAMP KOLONIAL (Cet-1) appeared first on Komunitas Bambu.

]]>
Rudolf Mrázek menyoroti setiap jengkal kehidupan keseharian para penghuni
dua kamp: Theresienstadt, suatu ghetto di dekat Praha oleh Nazi untuk orang-orang Yahudi, dan Boven Digoel, suatu kamp pemencilan buatan pemerintah
Hindia-Belanda di rimba Papua untuk kaum komunis dan para pemberontak yang
pernah berusaha menggulingkannya. Berdasar pada wawancara para penyintas
kedua kamp dan anak keturunan mereka, arsip pemerintah, memorabilia,
serta catatan di media, Mrázek berhasil menyusun buku ini dan menunjukkan
bagaimana pelbagai tugas biasa dalam kehidupan modern—membeli pakaian,
mencukur rambut, berolahraga—terus berjalan di kamp, serta dirancang,
dibangun, dan dikelola sesuai dengan asas-asas modernitas. Dengan begitu,
Mrázek menunjukkan bahwa kamp-kamp konsentrasi bukanlah suatu ruang yang
luar biasa; kamp-kamp itu adalah lokus modernitas dalam wujudnya yang paling
tulen.
Buku ini sungguh karya yang luar biasa, provokatif, menantang, dan cemerlang.
Rudolf Mrázek berhasil menulis buku yang boleh jadi yang terbaik yang pernah
saya baca di dekade ini.
— Rosalind C. Morris, Guru Besar Antropologi Universitas Columbia
Buku ini adalah “bentangan paling kental” perihal kehidupan kamp yang
pernah dibukukan sejauh ini, memberikan wawasan berharga untuk menyelami
corak modernitas yang bersemayam dalam setiap sendi kehidupan.
— Iris Rachamimov, Universitas Tel Aviv

The post KESEHARIAN ORANG BUANGAN DI KAMP KOLONIAL (Cet-1) appeared first on Komunitas Bambu.

]]>
https://komunitasbambu.id/product/keseharian-orang-buangan-di-kamp-kolonial/feed/ 0
BUKAN 350 TAHUN DIJAJAH (Cet-3) https://komunitasbambu.id/product/bukan-350-tahun-dijajah-2/ https://komunitasbambu.id/product/bukan-350-tahun-dijajah-2/#respond Thu, 24 Mar 2022 10:28:14 +0000 https://komunitasbambu.id/?post_type=product&p=13636 Dalam buku klasik ini Resink membuktikan sebenarnya Belanda tidak menjajah Indonesia selama 350 tahun, tetapi mengapa hal tersebut masih tertulis dalam buku-buku sejarah di sekolah dan sering disebut dalam pidato-pidato?

The post BUKAN 350 TAHUN DIJAJAH (Cet-3) appeared first on Komunitas Bambu.

]]>
Siapa bilang Indonesia dijajah 350 tahun? Bohong! Mitos belaka. Melalui buku ini G.J. Resink sebagai sejarawan dan ahli hukum internasional sekaligus penyair memaparkan bukti-bukti betapa semua itu konstruksi politik kolonial. Kebohongan itu dipopulerkan politisi Belanda dan buku-buku pelajaran sekolah kolonial, tetapi semakin kuat dipercaya sebagai kebenaran sejarah ketika Sukarno dan para pejabat juga politisi kerap menggunakannya dalam pidato-pidato. Tidak terkecuali para sejarawan. Celakanya lagi, pemerintah malah memasukkan mitos tersebut ke dalam kurikulum pelajaran sekolah sampai akhirnya diterima dan tertanam sebagai kebenaran absolut di masyarakat.

Resink siap dengan segudang sumber memberikan detail fakta-fakta hukum betapa banyak kerajaan-kerajaan dan negeri-negeri di Indonesia yang tetap berdaulat selama kekuatan kolonial bercokol. Hitungan Resink, paling-paling Hindia Belanda sebagai negara hanya ada selama 40 tahun, tetapi itu pun tidak benar-benar seluas wilayah Republik Indonesia hari ini, meskipun Belanda sudah benar-benar mengusahakan penaklukan selama 350 tahun.

***
Resink berjasa penting memperkenalkan pendekatan hukum internasional dalam menelaah sejarah kolonialisme. Kesimpulannya, kekuasaan Belanda yang dikatakan selama 350 tahun di Kepulauan Indonesia tak lebih dari mitos politik belaka yang tidak bisa bertahan melawan ujian kebenaran sejarah. – Taufik Abdullah

Dalam buku klasik ini Resink membuktikan sebenarnya Belanda tidak menjajah Indonesia selama 350 tahun, tetapi mengapa hal tersebut masih tertulis dalam buku-buku sejarah di sekolah dan sering disebut dalam pidato-pidato? – Asvi Warman Adam

The post BUKAN 350 TAHUN DIJAJAH (Cet-3) appeared first on Komunitas Bambu.

]]>
https://komunitasbambu.id/product/bukan-350-tahun-dijajah-2/feed/ 0
SUMPAH PEMUDA: Makna & Proses Penciptaan Simbol Kebangsaan Indonesia (Cet. 3) https://komunitasbambu.id/product/sumpah-pemuda-makna-proses-penciptaan-simbol-kebangsaan-indonesia-2/ https://komunitasbambu.id/product/sumpah-pemuda-makna-proses-penciptaan-simbol-kebangsaan-indonesia-2/#respond Fri, 15 Oct 2021 04:30:09 +0000 https://komunitasbambu.id/?post_type=product&p=13280 Menggugat keabsahan pentingnya peristiwa Sumpah Pemuda, tetapi juga ingin menyadarkan kita untuk bersikap kritis terhadap diperalatnya sejarah Sumpah Pemuda untuk kepentingan penguasa menghadapi tantangan zaman ke zaman.

The post SUMPAH PEMUDA: Makna & Proses Penciptaan Simbol Kebangsaan Indonesia (Cet. 3) appeared first on Komunitas Bambu.

]]>
Keith Foulcher dalam buku ini menyoroti proses perkembangan Sumpah Pemuda sebagai simbol nasional yang penting. Ia menyusuri sejarah Sumpah Pemuda sejak 1928 hingga sekarang. Ia berargumentasi bahwa Sumpah Pemuda yang kita kenal sekarang merupakan suatu hasil dari akumulasi nilai-nilai yang disisipkan dan dititipkan dalam peristiwa 93 tahun silam itu. Ia bukan hendak menggugat keabsahan pentingnya peristiwa itu, tetapi ingin menyadarkan kita untuk bersikap kritis terhadap diperalatnya sejarah Sumpah Pemuda untuk kepentingan penguasa menghadapi tantangan zaman ke zaman. Ia mengajak kita memahami prosesnya secara historis sehingga Sumpah Pemuda menjadi salah satu simbol nasional yang penting dalam konteks untuk memahami Indonesia.

The post SUMPAH PEMUDA: Makna & Proses Penciptaan Simbol Kebangsaan Indonesia (Cet. 3) appeared first on Komunitas Bambu.

]]>
https://komunitasbambu.id/product/sumpah-pemuda-makna-proses-penciptaan-simbol-kebangsaan-indonesia-2/feed/ 0
THE REVOLT OF PRINCE NUKU: Cross Cultural Alliance Making in Maluku c. 1780-1810 (Cet-1) https://komunitasbambu.id/product/the-revolt-of-prince-nuku-cross-cultural-alliance-making-in-maluku-c-780-1810/ https://komunitasbambu.id/product/the-revolt-of-prince-nuku-cross-cultural-alliance-making-in-maluku-c-780-1810/#respond Fri, 03 Sep 2021 08:09:29 +0000 https://komunitasbambu.id/?post_type=product&p=12759 Scholars such as Widjojo and others participating in this TANAP project should be congratulated for bringing to light obscure and difficult historical materials that will form the building blocks for a re-examination of South East Asian history.

The post THE REVOLT OF PRINCE NUKU: Cross Cultural Alliance Making in Maluku c. 1780-1810 (Cet-1) appeared first on Komunitas Bambu.

]]>
During the period of the Dutch East India Company’s rule of the Spice Islands, Prince Nuku of Tidore stands out as the local hero who successfully opposed the VOC’s oppressive trade monopoly at the end of the eighteenth century. This study analyzes how he succeeded in regaining independence for the Sultanate of Tidore by creating an alliance with the English and his Malukan and Papuan adherents.

‘Scholars such as Widjojo and others participating in this TANAP project should be congratulated for bringing to light obscure and difficult historical materials that will form the building blocks for a re-examination of South East Asian history. (…) I can only hope that this book and this series will encourage yet more stimulating research in South East Asia’s early modern period.’ – Leonard Y. Andaya, South East Asia Research (2009)

The post THE REVOLT OF PRINCE NUKU: Cross Cultural Alliance Making in Maluku c. 1780-1810 (Cet-1) appeared first on Komunitas Bambu.

]]>
https://komunitasbambu.id/product/the-revolt-of-prince-nuku-cross-cultural-alliance-making-in-maluku-c-780-1810/feed/ 0
SEA PEOPLE, SEA RAIDERS, SEA LORDS: A History of the Sulawesi Seas in the 19th Century (Cet-1) https://komunitasbambu.id/product/sea-people-sea-raiders-sea-lords-a-history-of-the-sulawesi-seas-in-the-19th-century/ https://komunitasbambu.id/product/sea-people-sea-raiders-sea-lords-a-history-of-the-sulawesi-seas-in-the-19th-century/#respond Fri, 03 Sep 2021 08:00:16 +0000 https://komunitasbambu.id/?post_type=product&p=12757 No Indonesian scholar has demonstrated his skill as a historian better than Adrian B. Lapian.

The post SEA PEOPLE, SEA RAIDERS, SEA LORDS: A History of the Sulawesi Seas in the 19th Century (Cet-1) appeared first on Komunitas Bambu.

]]>
“What Adrian B Lapian has done with this work is truly brilliant. He has followed principles that lead to excellence. As an academic, his understanding and mode of socio-culture analysis in the principle of social history reminds that ‘only the best is enough’.” – Sartono Kartodirdjo, Pundit of Indonesian History

“No Indonesian scholar has demonstrated his skill as a historian better than Adrian B. Lapian.” – Anthony Reid, Research Leader, Asia Research Institute – NUS Singapore

The post SEA PEOPLE, SEA RAIDERS, SEA LORDS: A History of the Sulawesi Seas in the 19th Century (Cet-1) appeared first on Komunitas Bambu.

]]>
https://komunitasbambu.id/product/sea-people-sea-raiders-sea-lords-a-history-of-the-sulawesi-seas-in-the-19th-century/feed/ 0
SHIPPING AND TRADE IN THE ARCHIPELAGO-PELAYARAN DAN PERNIAGAAN NUSANTARA: In the 16th and 17th Centuries-Abad Ke-16 dan 17 (DWIBAHASA) (Cet-1) https://komunitasbambu.id/product/shipping-and-trade-in-the-archipelago-in-the-16th-and-17th-centuries-pelayaran-dan-perniagaan-nusantara-abad-ke-16-dan-17/ https://komunitasbambu.id/product/shipping-and-trade-in-the-archipelago-in-the-16th-and-17th-centuries-pelayaran-dan-perniagaan-nusantara-abad-ke-16-dan-17/#respond Fri, 03 Sep 2021 07:44:35 +0000 https://komunitasbambu.id/?post_type=product&p=12752 The post SHIPPING AND TRADE IN THE ARCHIPELAGO-PELAYARAN DAN PERNIAGAAN NUSANTARA: In the 16th and 17th Centuries-Abad Ke-16 dan 17 (DWIBAHASA) (Cet-1) appeared first on Komunitas Bambu.

]]>
The post SHIPPING AND TRADE IN THE ARCHIPELAGO-PELAYARAN DAN PERNIAGAAN NUSANTARA: In the 16th and 17th Centuries-Abad Ke-16 dan 17 (DWIBAHASA) (Cet-1) appeared first on Komunitas Bambu.

]]>
https://komunitasbambu.id/product/shipping-and-trade-in-the-archipelago-in-the-16th-and-17th-centuries-pelayaran-dan-perniagaan-nusantara-abad-ke-16-dan-17/feed/ 0
“POLITIK DINASTI KELUARGA ELITE JAWA: ABAD XV–XX (Cet-1)” https://komunitasbambu.id/product/politik-dinasti-keluarga-elite-jawa-abad-xv-xx/ https://komunitasbambu.id/product/politik-dinasti-keluarga-elite-jawa-abad-xv-xx/#respond Wed, 18 Aug 2021 02:37:10 +0000 https://komunitasbambu.id/?post_type=product&p=12714 Buku sejarah yang menarik untuk memahami kesinambungan antarrezim kekuasaan. Perubahan rezim kekuasaan tidak berarti orang-orang yang bekerja di sistem lama lenyap.

The post “POLITIK DINASTI KELUARGA ELITE JAWA: ABAD XV–XX (Cet-1)” appeared first on Komunitas Bambu.

]]>
Kebanyakan staf pemerintah baru adalah bagian dari lembaga lama yang membawa serta kebiasaan, sikap, pengetahuan, dan koneksi mereka yang telah ada sebelumnya. Seiring waktu, anggota elite mengembangkan modal sosial, jaringan, baik resmi maupun pribadi, di dalam dan di antara institusi politik serta ekonomi. Mereka juga tahu bagaimana mendapatkan dan menggunakan kekuasaan; anak-anak mereka memiliki akses ke pendidikan serta uang dan akhirnya kekuasaan. Sejarawan Heather Sutherland dengan sumber yang kaya menggambarkan transisi dari dinasti independen atau semi-independen yang memerintah wilayah mereka sendiri bergabung ke dalam sistem kolonial. Tak terkecuali saat kolonialisme berakhir. Begitu juga kala perpindahan kekuasaan dari Sukarno ke Soeharto. Lantas dari Orde Baru ke Orde Reformasi. Berkat otonomi daerah, keluarga-keluarga lama dengan status tinggi dalam masyarakat lokal lebih mudah berpindah ke kepemimpinan politik. Sementara itu, orang-orang dari kelas sosial yang lebih rendah dapat mengklaim hubungan ke dinasti lokal untuk membantu mereka naik ke tampuk kekuasaan: ini selalu terjadi. Sebab itu, jangankan reformasi, bahkan revolusi Indonesia yang paling ekstrem pun sulit menghasilkan masyarakat yang egaliter, demokrasi yang sejati.

The post “POLITIK DINASTI KELUARGA ELITE JAWA: ABAD XV–XX (Cet-1)” appeared first on Komunitas Bambu.

]]>
https://komunitasbambu.id/product/politik-dinasti-keluarga-elite-jawa-abad-xv-xx/feed/ 0
DARI BALIK LAYAR PERAK: Film di Hindia Belanda 1926-1942 (Cet-1) https://komunitasbambu.id/product/dari-balik-layar-perak-film-di-hindia-belanda-1926-1942/ https://komunitasbambu.id/product/dari-balik-layar-perak-film-di-hindia-belanda-1926-1942/#respond Mon, 25 Nov 2019 08:18:58 +0000 https://komunitasbambu.id/?post_type=product&p=8114 Dari Balik Layar Perak ini juga menyoroti besarnya peran orang-orang Tionghoa dalam membantu-kembangkan dunia perfilman Hindia Belanda.

The post DARI BALIK LAYAR PERAK: Film di Hindia Belanda 1926-1942 (Cet-1) appeared first on Komunitas Bambu.

]]>
Buku ini mengkaji perihal proses perkembangan film di Hindia Belanda dalam kurun waktu 1926-1942. M. Abduh Aziz menggambarkan bagaimana rupa dan serba-serbi dunia kesenian film semasa kolonial. Ia memulainya dengan membahas lanskap sosial politik masyarakat Hindia Belanda jelang abad ke-20 dan perubahan wajah kota yang mulai menuju modernitas. Selain itu dibahas pula keberlangsungan kesenian tradisional di tengah mulai masuknya bentuk seni terkini juga film-film impor. Sebagai sarana penunjang perfilman, geliat bisnis bioskop juga tak luput dari pembahasan.

Jika sebelumnya mereka menjadi pengimpor film dan pengusaha bioskop, mulai akhir 1920-an mereka terlibat langsung di balik layar sebagai produser. Pesatnya perkembangan dunia perfilman tanah air juga mendorong dibuatnya aturan-aturan dari pemerintah kolonial terkait penayangan film-film, juga tentu terhadap pajak dan cukainya.


Testimoni
“Terbitnya buku ini bisa menjadi pengingat bahwa film merupakan anak kandung kehidupan modern. Sejarah film di Indonesia tak bisa diceraikan dari proses urbanisasi yang juga diwarnai oleh regulasi yang hendak menepis ‘efek buruk’ sinema. Tak aneh, hari ini bioskop di Indonesia hadir di tengah pusat perbelanjaan dan impuls untuk menyensor film tak pernah sirna. Setidaknya, buku ini telah menunjukkan akarnya di masa lalu.”
Budi Irawanto, Presiden Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) dan pengajar di Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada.

The post DARI BALIK LAYAR PERAK: Film di Hindia Belanda 1926-1942 (Cet-1) appeared first on Komunitas Bambu.

]]>
https://komunitasbambu.id/product/dari-balik-layar-perak-film-di-hindia-belanda-1926-1942/feed/ 0
MAHASISWA, NASIONALISME & PENJARA: Perhimpunan Indonesia 1923-1928- (Cet-1) https://komunitasbambu.id/product/mahasiswa-nasionalisme-penjara-perhimpunan-indonesia-1923-1928/ https://komunitasbambu.id/product/mahasiswa-nasionalisme-penjara-perhimpunan-indonesia-1923-1928/#respond Mon, 27 May 2019 20:06:22 +0000 http://bukusejarahbudaya.com/?post_type=product&p=3129 Buku Perhimpunan Indonesia memberi penjelasan yang lengkap mengenai aktivitas organisasi Perhimpunan Indonesia di masa puncaknya.

The post MAHASISWA, NASIONALISME & PENJARA: Perhimpunan Indonesia 1923-1928- (Cet-1) appeared first on Komunitas Bambu.

]]>
Testimoni:
“Buku Perhimpunan Indonesia memberi penjelasan yang lengkap mengenai aktivitas organisasi Perhimpunan Indonesia di masa puncaknya. Penelitian mendalam yang dilakukan oleh Ingleson dengan mendasarkan argumen-argumennya pada koleksi arsip-arsip berharga yang ditambah dengan sejumlah wawancara dengan pihak- pihak terkait dengan itu menghasilkan studi yang jelas dan mendalam atas organisasi tersebut.” Akira Nagazumi, sejarawan dan penulis buku The Dawn of Indonesian Nationalism: The early years of the Budi Utomo, 1908-1918 (Tokyo, Institute of Developing Economies, 1972).

“Lebih dari seperempat abad, buku ini telah menjadi acuan utama yang penting dalam kuliah-kuliah sejarah yang menyangkut topik gerakan nasionalisme sekuler dan non-kooperatif di Indonesia. Penerbitan kembali buku ini dalam format dwibahasa, telah lama dinanti-nanti. Aktivitas Politik Perhimpunan Indonesia menunjukkan bukti bahwa benih-benih kesadaran politik telah lama bersemai di kalangan pelajar Indonesia. Karenanya, untuk diskusi-diskusi mengenai gerakan mahasiswa, diaspora maupun ide-ide modernisasi politik dan pemenjaraan aktivisnya, kalangan intelektual Indonesia selalu menggunakan karya ini sebagai sebuah rujukan,” Iskandar P. Nugraha, sejarawan dan penulis buku Teosofi, Nasionalisme dan Elite Modern Indonesia (Depok, Komunitas Bambu, 2011).

“Perhimpunan Indonesia provides a thorough explanation of the activities of this organisation during it’s peak. Ingleson’s depth of research of important archival documents and materials along with detailed interviews of many people related to the organisation has resulted in an authoritative study.”Akira Nagazumi, the author of The Dawn of Indonesian Nationalism: The early years of the Budi Utomo, 1908-1918 (Tokyo, Institute of Developing Economies,1972).

For more than a quarter of a century, this book has been regarded as an essential source for history lecturers covering the topic of secular and non-cooperative movements in Indonesia. This new edition in bilingual format is both timely and relevant. Ingleson is often referenced by Indonesian intellectuals in discussions on student movements, political imprisonment, nationalism, Indonesian diaspora and ideas of the modernization of Indonesia. The activities of ‘Perhimpunan Indonesia’ are evidence that the youth of Indonesia were and remain politically aware” Iskandar P. Nugraha, the author of Teosofi, Nasionalisme dan Elite Modern Indonesia/Theosophy, Nationalism &Modern Elite in Indonesia (Depok, Komunitas Bambu, 2011).

The post MAHASISWA, NASIONALISME & PENJARA: Perhimpunan Indonesia 1923-1928- (Cet-1) appeared first on Komunitas Bambu.

]]>
https://komunitasbambu.id/product/mahasiswa-nasionalisme-penjara-perhimpunan-indonesia-1923-1928/feed/ 0
KEBANGKITAN DAN KEJAYAAN SRIWIJARA ABAD III-VII (Cet-2) https://komunitasbambu.id/product/kebangkitan-dan-kejayaan-sriwijaya-abad-iii-vii/ https://komunitasbambu.id/product/kebangkitan-dan-kejayaan-sriwijaya-abad-iii-vii/#respond Tue, 30 Apr 2019 09:14:50 +0000 https://komunitasbambu.id/?post_type=product&p=6235 Kerajaan Sriwijaya pernah merasakan kejayaan pada abad III-VII. Wilayah kekuasaan dan kontak perdagangannya sampai ke Cina. Buku dari sejarawan O.W. Wolters ini menjadi bukti bahwa Nusantara dulu begitu disegani sebagai poros maritim dunia.

The post KEBANGKITAN DAN KEJAYAAN SRIWIJARA ABAD III-VII (Cet-2) appeared first on Komunitas Bambu.

]]>
Studi mendalam tentang Sriwijaya dari seorang pionir sekaligus ahli sejarah utamanya, O.W. Wolters. Kekayaan sumber dan keapikan retorika sejarah Wolters membuat buku ini akhirnya mampu tampil bukan sekadar sejarah tentang Sriwijaya, tetapi lebih luas lagi merupakan gambaran awal perdagangan laut Nusantara yang tumbuh pada abad III—VII. Termasuk pemaparan yang jembar ikhwal apa saja faktor-faktor pendukung kebesarannya sehingga kebangkitan dan kejayaan kerajaan ini masyhur di dunia. Adalah menarik semua kejayaan ekonomi niaga maritim Sriwijaya yang mendunia itu bukan karena perdagangan rempah-rempah, seperti cengkih atau pala, melainkan berbagai jenis getah pohon yang memiliki kegunaan unik dalam pengobatan.


Testimoni

Karya O. W. Wolters ini adalah buah kerja orang yang telah membaktikan sebagian besar dari kegiatannya sebagai sejarawan dan karyanya pada Sriwijaya,” Pierre-Yves Manguin, sejarawan maritim Asia Tenggara

The post KEBANGKITAN DAN KEJAYAAN SRIWIJARA ABAD III-VII (Cet-2) appeared first on Komunitas Bambu.

]]>
https://komunitasbambu.id/product/kebangkitan-dan-kejayaan-sriwijaya-abad-iii-vii/feed/ 0